Lihat ke Halaman Asli

Fase Kehidupan Manusia

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup manusia itu memiliki fase. Sejak dia lahir, kemudian menjadi dewasa, menikah, punya anak, dan terakhir meninggal. Sebagian besar manusia memiliki itu semua. Seorang anak kecil tidak pernah tahu kalau dia nanti akan menjadi dewasa dan harus menghadapi hidupnya sendiri. Orang dewasa juga kadang melihat masa kanak-kanak sebagai sebuah masa yang sangat indah dan kalau bisa, ia ingin kembali ke masa-masa dimana ia bermain tertawa-tawa bersama ayah dan ibunya.
Namun hari demi hari, sang anak akhirnya tahu bahwa waktu itu selalu meluncur ke depan, tak pernah ada reply apalagi pause dalam kehidupan ini. Semuanya ibarat air yang mengalir dari hulu ke hilir, air yang mengalir di hulu bukanlah air yang berada dihilir. Begitu pun orang dewasa tersebut, ia pasti yakin bahwa masa kecil adalah masa lalu yang tak mungkin terulang, di depannya ia masih memiliki banyak pr yang harus ia lakukan.
Perubahan dari satu fase ke fase berikutnya nyatanya tidaklah mudah. Butuh proses yang harus dilalui, langkah demi langkah untuk sampai kepada fase berikutnya. Dimulai dari seorang bayi yang hendak disapih sang ibu, terasa berat bagi sang bayi, bahkan sampai ada yang sakit, namun akhirnya ia akan terbiasa jua. Begitu pun seorang dewasa yang hendak menuju jenjang kemandirian yang sesungguhnya, sungguh awalnya pasti akan terasa berat, namun jika ia yakin bahwa Allah pasti akan mempermudahkan segala yang sulit, maka ia nantinya akan dapat menghadapi semuanya.
Semua proses tersebut membutuhkan tekad yang kuat, usaha yang maksimal, dan do'a yang tak pernah putus. Tiga hal tersebut merupakan sebuah proses ikhtiyar yang dapat dilakukan oleh seorang makhluk yang sangat lemah. Adapun hasil akhir dari semuanya, pastinya merupakan qadha' dan qadar Allah yang harus kita terima baik itu pahit atau pun manis. Karena disinilah letak ketundukan seorang hamba kepada sang khaliknya, maka tetaplah tersenyum walaupun banyak rintangan yang akan kita hadapi untuk menuju kesempurnaan fase-fase kita sebagai manusia, yaitu kematian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline