Lihat ke Halaman Asli

Umat Islam Indonesia dan Isu Terorisme

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Film Hanung Tanda Tanya menjadi bukti kuat bahwa ternyata umat islam Indonesia selalu menjadi tersangka di rumahnya sendiri. Berbagai macam tudingan miring terhadap umat islam seakan tidak berujung. Isu-isu seperti terorisme, intoleransi dan kekerasan selalu dilekatkan kepada umat islam Indonesia.

Terakhir kasus Ahmadiyah dan pengeboman gereja menjadi saksi bisu bagaimana umat islam menjadi bulan-bulanan opini publik. Seakan seluruh umat islam adalah para manusia yang sadis, opini-opini publik tersebut selalu saja mengkambinghitamkan umat islam. Padahal sejarah umat islam Indonesia menceritakan perjuangan heroik dalam kemerdekaan dan pembentukan NKRI ini.

Umat Islam Indonesia dan Isu Terorisme

Isu terorisme di Indonesia tidak akan pernah lepas dari dua tragedi menyedihkan, tepatnya Bom Bali satu di tahun 2002 dan Bom Bali dua di tahun 2005. Dua tragedi terorisme yang sampai saat ini masih misterius karena menyimpan berbagai macam misteri yang belum terungkap sampai sekarang, salah satunya adalah bagaimana seorang teroris bisa mendapat bahan peledak berdaya ledak kuat seperti itu ?

Seharusnya yang paling harus menjadi titik fokus adalah menelisik tentang bagaimana seorang muslim yang seharusnya menjadi rahmat bagi sekalian alam tiba-tiba melakukan hal yang dilarang agama, meledakkan bom bunuh diri sehingga membunuh warga sipil dan muslim. Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim bukanlah negara yang dilanda peperangan sehingga konsep jihad dengan melakukan aksi militer yang dielukan para pelaku teror tidak menemukan pembenarannya.

Indonesia bukanlah Irak ataupun Afganistan yang warga negaranya tengah berjuang untuk kemerdekaannya melawan neo imperialisme barat. Indonesia adalah darul islam. Menurut As-Syaukani dalam nailul awtar bahwa darul islam tidak dapat berubah menjadi darul harb hanya karena adanya kemaksiatan-kemaksiatan disana karena itu tidak sesuai dengan ilmu naql dan akal. Rasulullah pun menegaskan bahwa darah dan harta seorang muslim itu diharamkan untuk ditumpahkan. Islam juga sangat melindungi Ahli Dzimmah.

Dalam Hasyiyahnya, Ad-Dasuqi menyatakan bahwa walaupun sebuah negeri islam dikuasai kaum kuffar dengan kekuatan militer, namun ia tetaplah dar islam sampai syariat islam tidak dilaksanakan di dalamnya. Adapun jika syariat islam dilaksanakan atau mayoritas melaksanakannya maka tidak termasuk dar harb.

Disini peran pemerintah sangat diperlukan untuk menyebarkan pemahaman islam yang sesuai dengan tuntunan rasulullah yang mengajarkan bahwa umat islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Negara harus mengadakan gerakan islam rahmat bagi sekalian alam karena tentunya sebagai pemegang otoritas negara memiliki kekuataan dan dana untuk hal itu.

Proyek ini tentunya dengan mengadakan bacaan-bacaan murah namun berkualitas. Karena radikalisme itu muncul karena ketidaktahuan atau kesalahan dalam menerima informasi yang kadang hanya copy paste. Umat islam khususnya pemuda yang memiliki keinginan untuk mendalami agamanya ternyata kebanyakan menjadi sasaran empuk dari radikalisme. Hal ini karena mereka tidak memiliki akses yang baik terhadap informasi yang dapat menuntun mereka menuju sebuah pemahaman yang universal dari islam.

Jadinya informasi-informasi yang kebanyakan mereka dapatkan di internet menjadi bibit radikalisme dalam pemahaman mereka. Karena mereka hanya belajar dari copy paste tanpa ada seorang guru ataupun metode pengajaran yang baik, maka pemahaman mereka rentan salah baik itu karena salah paham atau karena informasi yang terlalu dangkal.

Proyek ini bukanlah proyek baru. Lebih satu dekade ini Mesir sudah melakukan proyek buku murah setiap tahunnya dalam rangka pastisipasi negara untuk mengurangi radikalisasi yang sangat mengakar di Mesir. Proyek buku murah yang dipelopori Suzan Mubarak ini tampaknya membuahkan hasilnya karena semakin sedikit aksi-aksi teror yang terjadi di negeri piramida tersebut.
Maka pemerintah seharusnya cepat dan tanggap dalam menyikapi isu-isu radikalisme, terorisme, dan ekstrimisme ini. Karena hal ini ibarat bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak dan berbahaya bagi kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline