Lihat ke Halaman Asli

Pesan dalam Sepatu

Diperbarui: 25 Juni 2024   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexel/Shane Kells

Plang Kedai Kopi Kahar tiba-tiba diturunkan pemiliknya yang hendak mengganti dengan papan nama baru. Kahar pemilik kedai, tak cuma ingin mengganti papan nama, tetapi juga mau mengubah dengan nama lain. Padahal sejak buka empat tahun lalu, nama Kahar sudah menancap kuat di kalangan pelanggan kedai. Pasti para pelanggannya akan protes begitu papan nama itu nanti sudah terpasang.

Sejak dulu Kedai Kopi Kahar sudah jadi tempat leyeh-leyeh laki-laki dewasa dan anak muda di kota kecil dekat Brandan Kabupaten Langkat. Kahar membangun kedai kopi tak jauh dari area pantai Pangkalan Susu. Sejak itu anak-anak muda Susu tak perlu lagi ke Pangkalan Brandan untuk sekadar mengaso buang-buang waktu hingga larut malam.

Kelompok-kelompok anak muda itu, atau bahkan bapak-bapak sekalipun, punya sebutan sendiri-sendiri untuk Kedai Kopi Kahar. Para pelanggan cukup kreatif menciptakan nama khas seperti Triple K. Atau sekelompok pelanggan lain yang lebih suka nama Kedai Koka. Para pelanggan Kedai Kopi Kahar senang mengutak-atik nama kedai. Ada juga yang menamai Kedai Kok.

Kahar tak terlalu peduli, baginya banyak pelanggan artinya duit mengalir. Cari uang dulu baru memikirkan yang lain, begitu mungkin slogan hidup Kahar. Termasuk pula dia belum berpikir menikah sampai usianya sekarang sudah 31 tahun.

Dulu sebelum buka usaha kedai, Kahar pernah bikin sabun cuci piring yang dijual dalam kemasan botol plastik. Tak laku. Emak-emak sudah tersihir produk yang sama oleh perusahaan multinasional. Iklan produk mereka menjejali semua stasiun televisi setiap 10 menit. Sudah begitu, Kahar tak sanggup mengurai ekonomi biaya tinggi dalam lini produksinya. Sehingga harga jual tak bisa bersaing.

Lain waktu, Kahar coba-coba buka usaha klotingan. Membuat desain kaos yang kemudian disablon sendiri. Kreatif dan lucu-lucu desainnya, juga ada pesan moral di setiap desain. Tapi bersaing dengan pemodal besar yang bisa menjual 1 helai kaos seharga Rp 30 ribu, membuat kaos Kahar dibeli satu dua orang dalam sebulan. Walaupun perusahaan-perusahaan itu sekadar menyalin gambar artis Korea di kaos mereka.

Sekarang, bersamaan dengan mengurus kedai, Kahar sudah memulai usaha baru jualan pakaian bekas. Pokoknya bekas, mau baju, celana, sepatu, hingga tas, semua ada, semua bekas pakai. Pakaian bisa dipajang di kedai, nanti Kahar akan tempatkan di sudut tertentu.

Sebenarnya kedai itu sendiri ramai dikunjungi bukan hanya karena seduhan kopi Kahar yang mengentak lidah sewaktu diseruput panas-panas. Bukan, bukan cuma itu. Orang-orang senang menggoda Kahar yang selalu menjaga lidah agar tak tergelincir mengucapkan kata yang ada huruf r. Kahar cadel.

Ia berusaha sekuatnya menemukan padanan kata dari kata-kata yang mengandung huruf r. Kahar tak mengucapkan kata piring kecuali menggantinya dengan kata lain, yakni pinggan. Dia tak pernah menyebut kata kasur tetapi mengatakan tilam. Mengganti kata jamur menjadi cendawan, tikar jadi lasah, terasi diganti belacan, marah diganti pitam, cakar jadi kakas, atau kata jerit yang ia ucapkan dengan pekik.

Kalau dia tak menemukan kata lain selain kata yang ada huruf r, Kahar akan mencari kata apapun asalkan dimengerti lawan bicaranya. Seperti ketika dia tak menemukan padanan kata kompor, Kahar menggantinya dengan merek dagang produk terkenal Hock yang diucapkannya "hok."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline