Lihat ke Halaman Asli

Hafita NurFajriyyah

Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa KKN UPI Kembangkan Alat Edukatif dari Bahan Bekas untuk AUD Desa Girimulya

Diperbarui: 11 September 2023   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hasil APE (dokpri)

Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai pada berbagai tahap perkembangannya. Orang dewasa biasanya tidak mengalami kesulitan berarti dalam mencapai tugas perkembangan ini karena kemampuan mereka untuk berpikir secara konkret maupun abstrak.Namun, berbeda halnya dengan anak usia dini yang memerlukan bantuan orang dewasa, terutama orang tua, untuk mencapai tugas perkembangannya. Salah satu metode yang digunakan orang tua untuk merangsang perkembangan anak adalah dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE).

APE merujuk kepada alat-alat yang anak-anak gunakan dalam bermain, yang juga dapat memberikan pembelajaran tambahan kepada mereka. Selain dapat dibeli di toko mainan, alat-alat permainan edukatif juga bisa ditemukan di sekitar kita. Penggunaan APE ini memiliki manfaat besar dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak, termasuk aspek fisik/motorik, emosional, sosial, bahasa, kognitif, dan moral. APE digunakan secara optimal untuk memenuhi perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya (Zaman, 2010).

APE tidak selalu harus memiliki kualitas tinggi atau dibeli di toko; alat permainan buatan sendiri atau alat permainan tradisional juga bisa dianggap sebagai APE, selama memenuhi kriteria untuk mendukung perkembangan anak, menarik, memiliki variasi bermain, tahan lama, dan dapat diterima oleh berbagai budaya.

Dalam konteks ini, mahasiswa KKN UPI telah menciptakan APE berupa puzzle bunga dan jam dari bahan bekas seperti kardus dan tutup botol. Mereka menggunakan barang-barang yang tidak terpakai untuk menciptakan alat pembelajaran bagi anak usia dini. Manfaat dari APE tersebut terutama terkait dengan pengembangan aspek kognitif anak, khususnya dalam mengenalkan lambang bilangan dan warna dengan bermain mencocokkannya (Ismawati, 2016).

Di Desa Girimulya - Majalengka, tepatnya di blok Garasiang, terdapat Kelompok Bermain (Kober) Bina Mulya. Oleh karena itu, mahasiswa berencana untuk menyumbangkan APE yang mereka buat kepada Kober tersebut. Mereka telah merancang APE dengan mempertimbangkan perkembangan anak usia Kober yang biasanya berusia 3-4 tahun. Fokus utama APE adalah membantu anak-anak mengenal angka.

Selaras dengan program kerja mereka yang berfokus pada masalah lingkungan dan sampah, mahasiswa telah berhasil menggunakan sampah yang ada untuk menciptakan alat pembelajaran yang bermanfaat bagi anak-anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu mahasiswi KKN UPI, Leni, "Kita seharusnya membuat APE untuk anak-anak dari barang bekas, sehingga barang-barang bekas tersebut dapat menjadi berguna" (20/08/2023).
Karena itu, Alat Permainan Edukatif (APE) memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mendukung perkembangan anak. Melalui APE, anak-anak dapat merasakan pengalaman belajar sambil bermain, yang berarti mereka dapat menggali pengetahuan baru seiring dengan kegiatan bermain mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline