Saat ini dengan diiringi perkembangan teknologi yang tentunya memberikan impact besar terhadap kehidupan kita semua, perubahan yang terjadi bukan hanya memberikan dampak positif namun juga sebaliknya. Budaya-budaya baru pun mulai muncul dan mulai merubah cara berpikir, hingga cara kita berperilaku. Dengan mudahnya mengakses berbagai informasi baru bahkan dari negara-negara lain kita menjadi lebih sadar akan beragamnya budaya, norma, dan nilai-nilai yang diterapkan di berbagai negara, hal ini berujung tergerusnya apa yang telah. menjadi identitas dari. Indonesia. itu sendiri, apa nilai-nilai yang berlaku di negara kita ini, dan apa tolak ukur sesuatu dikatakan benar maupun salah. Dan buntut dari hal ini perubahan karakter anak-anak muda yang paling rentan akan menerima perubahan dan mudah untuk beradaptasi. Bagaimana pemanfaatan bonus demografi bisa maksimal jika para pemudanya melupakan nilai-nilai yang berlaku, dan norma yang ada.
Selain itu ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa pendidikan karakter ini menjadi urgensi untuk peningkatan mutu generasi muda dan pemanfaatan bonus demografi mendatang, yang pertama ialah mengurangi terjadinya tindakan-tindakan kriminalitas, korupsi, dan tindakan menyalahi aturan lainya. Maraknya kasus-kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kriminalitas, dan kenakalan remaja yang terjadi dapat dibuktikan dengan beberapa data, salah satunya Indonesia corruption watch mencatat ada 579 kasus korupsi yang telah diproses di Indonesia sepanjang tahun 2022, kasus korupsi mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 533 kasus. BPS juga mencatat per tahun 2021 kemarin masih ada 239.481 kasus kejahatan, meskipun sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020 angka ini masih tergolong tinggi (BPS, 2022). Melihat data-data di atas tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan saja, dengan segala upaya pemerintah untuk terus meningkatkan pengawasan maupun memperketat peraturan yang ada, memaksimalkan character building juga dapat menjadi salah satu solusi, meskipun tidak memberikan perubahan angka secara langsung tetapi generasi yang terbentuk selanjutnya dan anak-anak muda saat ini akan merubah hal itu.
Tidak hanya itu character building juga sangat. penting bagi kita semua yang notabenenya adalah calon-calon. pemimpin. pada era selanjutnya, bagaimana dapat mengambil keputusan secara rasional, bagaimana menghadapi persaingan-persaingan dunia, dan bagaimana menyikapi era globalisasi ini menjadi tantangan kita kelak. Jadi kita tidak bisa menganggap remeh pendidikan karakter, dan peran kita semua para anak muda bukan hanya menerima pendidikan karakter di sekolah tetapi harus bisa mengimplementasikan apa yang sudah kita dapat. Karna sekuat apapun pemerintah dan sekolah mengupayakan pendidikan karakter bagi kita, tidak akan berguna jika kita hanya mendengar dan tidak mempraktekkannya.
Selanjutnya adalah seiring dengan tingginya usia produktif tentunya juga meningkatkan persaingan yang terjadi, sikap pantang menyerah, jujur, dan bertanggung jawab harus tetap dipertahankan walaupun dengan persaingan yang ketat. Sebutan generasi strawberry mungkin tidak asing lagi, sebutan ini ditujukan untuk anak muda saat ini, mereka dinilai mempunyai ide-ide yang kreatif tetapi mudah menyerah dan rentan sakit hati. Pemilihan buah strawberry sendiri karena buah ini memiliki tampilan yang menarik tetapi rapuh dan mudah hancur. Pendidikan karakter juga berperan untuk mengubah hal ini, sikap ini tentunya berpengaruh mulai dari lemahnya mental dan sulit bekerja dalam tekanan menjadi salah satu problem yang terjadi, belum lagi dengan adanya hasil penelitian American Psychological Association bahwa gen Z lebih rentan mengalami stres dibandingkan generasi lainya (APA, 2019). Sedangkan mutu generasi muda sangat berpengaruh bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang bagus, jika lemahnya mental dan rapuhnya generasi muda saat ini tentunya akan menjadi penghambat kesempatan untuk memanfaatkan bonus demografi mendatang.
Generasi muda menjadi penentu dan penerus nasib bangsa kita, kata agent of change sudah tidak asing lagi bagi para anak muda dan mahasiswa sebab mereka sering dikaitkan dengan hal itu. Perubahan yang dimaksud disini tentunya ke arah positif, para generasi muda maupun mahasiswa diharapkan dapat memberikan ide-ide kreatifnya dan memberikan terobosan baru yang mungkin tidak terpikirkan generasi sebelumnya, namun mutu generasi muda tidak hanya ditentukan dari wawasan yang luas tetapi juga karakter yang baik pula. Pendidikan karakter menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan generasi muda yang nantinya juga akan berperan penting, memiliki karakter yang baik tidak dapat dianggap remeh sebab hal ini dapat dibilang sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda untuk turut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangasa, dan bernegara. Pendidikan karakter juga masih terhubung dengan budaya, tata krama, sopan santu, dan juga nilai-nilai yang berlaku, hal ini lah yang menjadi dasar mengapa pendidikan karakter menjadi bekal untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat dan mencegah terjadinya kenkalan-kenakalan remaja yang terjadi.
Oleh karena itu pendidikan karakter harus terus diberikan, hal ini juga tidak hanya melibatkan institusi pendidikan saja mulai dari keluarga, masyarakat juga harus ikut ambil bagian. Terutama di sektor pendidikan yang pada dasarnya memang peran mereka untuk tugas ini, perubahan juga perlu dilakukan untuk memberikan peningkatan bukan terhenti pada suatu titik. Salah satu perubahan yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan peran guru dalam memberikan pendidikan karakter yang tidak hanya melalui ucapan tetapi perilaku guru itu sendiri sudah menjadi panutan bagi siswanya, para guru harus sadar akan hal ini. Belum lagi setelah pandemi covid kemarin kita semua sudah mulai beradaptasi dengan sistem pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi, mulai dari ujian, tugas, bahkan kegiatan belajar mengajar juga dapat dilakukan melalui online namun, hal ini memberikan peluang bagi para peserta didik untuk memilih jalan pintas dengan memanfaatkan teknologi yang ada sebagai alat berbuat kecurangan, hal ini berimbas pada terbentuknya sifat malas berfikir dan mudah menyerah. Institusi pendidikan harus sadar dan tidak hanya diam akan hal itu, pengawasan harus lebih ditingkatkan karena hal ini berpengaruh besar pada terbentuknya karakter para siswa kedepannya. Sudah menjadi rahasia umum terkait masalah ini namun, belum ada langkah konkret yang diberikan lembaga pendidikan untuk mengantisipasi hal ini, sebaliknya seakan tidak ingin tertinggal dengan perkembangan teknologi ujian-ujian sekolah mulai dilaksanakan online tanpa ada pengawasan yang jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H