Awal dari Petualangan
Pagi itu, setelah percakapan yang tidak diduga-duga dengan Bima, Maya merasa hidupnya berubah dalam semalam. Selama bertahun-tahun ia menjalani rutinitas yang biasa, menjadi gadis pendiam di sekolah yang tidak banyak bicara dengan orang lain. Namun sekarang, ia terjebak dalam sebuah misteri yang tidak ia bayangkan sebelumnya.
Sepulang sekolah, Maya langsung menuju kamar dan membuka laptopnya. Ia sudah memutuskan untuk membantu Bima, dan ini berarti ia harus mulai bekerja dengan cepat. Ia menyalakan komputer dan memeriksa kembali beberapa file yang dulu sempat ia lihat saat di ruang guru.
Sementara itu, Bima mengirimkan pesan singkat kepadanya, meminta Maya untuk datang ke rumahnya sore itu. Bima mengatakan ia punya beberapa informasi penting yang tidak bisa dibahas lewat pesan. Maya merasa sedikit ragu, namun ia tahu ini adalah langkah berikutnya yang harus diambil.
Di rumah Bima, suasananya jauh lebih serius daripada yang Maya duga. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh lampu meja kecil di sudut. Di meja kerja Bima, terdapat beberapa dokumen yang tampak seperti cetakan file-file penting dari komputer sekolah.
"Kita sudah sejauh ini," ujar Bima dengan nada tegas. "Tapi ada satu masalah besar, Maya."
"Apa itu?" tanya Maya dengan perasaan waspada.
"Aku tidak tahu siapa yang bisa kita percayai."
Bima menjelaskan bahwa setelah menyelidiki lebih lanjut, ia menemukan keterlibatan beberapa orang di sekolah yang tidak seharusnya terlibat dalam hal-hal yang terjadi. Orang-orang yang seharusnya menjadi panutan, justru menyembunyikan sesuatu yang sangat mencurigakan.
"Aku sudah mencoba menyelidiki sendiri, tapi aku selalu terjebak pada kebuntuan. Ada kode dalam file itu yang tidak bisa aku pecahkan. Itu sebabnya aku membutuhkanmu, Maya."
Maya terdiam. Ia tahu kemampuan IT-nya cukup baik, tapi memecahkan kode yang berhubungan dengan konspirasi besar? Itu bukan hal yang ia bayangkan akan dilakukannya dalam waktu dekat.