Di sudut kota yang hingar,
Terdengar gema amarah tak tersaring,
Dari jiwa yang bergejolak,
Si manusia tantrum, ia bernyanyi.
Berteriak pada angin yang berlalu,
Menumpahkan keluh di tengah hiruk,
Dalam hati tersimpan bara,
Membakar tenang, menghancurkan hening.
Matanya nyala, merah membara,
Di setiap kerlip, ada cerita,
Tentang luka yang tak terobati,