Lihat ke Halaman Asli

H. H. Sunliensyar

TERVERIFIKASI

Kerani Amatiran

Adityawarman, Legitimasi Kekuasaan, dan Misteri Tentangnya

Diperbarui: 27 Januari 2025   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Prasasti-Prasasti tinggalan Adityawarman di Pagaruyung, Sumatra Barat (Sumber: KITLV Pictura)

Sosok raja Melayu yang berkuasa sekitar 700 tahun yang lalu ini, telah meninggalkan legasi sekitar 13 prasasti dan membangkitkan diskusi hangat di kalangan pemerhati sejarah Melayu. Berbeda dengan penguasa negara pendahulunya, Sriwijaya, yang mengancam para Datu di bawahnya, Adityawarman tidak pernah mengancam penduduk dan penguasa bawahannya. Paling tidak itulah yang dijumpai pada enam prasasti yang dikeluarkannya.

Akan tetapi, sebaliknya, prasasti-prasasti tersebut menuliskan pujian-pujian terhadap diri Adityawarman (rajapuja) sendiri. Bahkan, ia menyetarakan dirinya dengan para Dewa, seperti dengan Dewa Indra, Adibuddha, dan Srilokeswara. Hal semacam itu ditulis oleh Adityawarman sebagai upaya melegitimasi atau mengesahkan kekuasaannya di kalangan penduduk Melayu. Ia berupaya membangun karisma sebagai raja yang maha berani, maha adil, maha melindungi, maha pandai, maha kuat, dan maha bijak sebagaimana mitos-mitos para dewa tersebut. Pendekatan semacam ini jauh sekali berbeda dengan penguasa Sriwijaya. Apakah ini kultur Singasari-Majapahit yang dibawa ke Melayu atau memang kebijakan politis yang dipilih Adityawarman? Tentu jawaban ini perlu dicari di masa mendatang.

Hal misteri lain yang membayangi sosok Adityawarman, adalah perihal pemindahan pusat kekuasaannya dari Dharmasraya ke Surawasa-Pagaruyung. Teori yang dikemukakan terkait pemindahan ini adalah untuk menghindari serangan "Majapahit" atau untuk mencari sumber tambang emas baru (motif ekonomi dan politik). Padahal jika niatnya sekedar untuk menghindari Majapahit dan mencari sumber emas baru tidak harus ke Pagaruyung. Sepanjang DAS Batang Sangir yang merupakan hulu Batanghari, juga potensial untuk menghindar dan mencari sumber emas baru. Bahkan paling praktis untuk dilalui. Apakah tidak ada motif lain disebalik itu, misalnya motif ideologi berdasarkan ajaran-ajaran tantris yang dia anut? Pertanyaan ini pernah saya ajukan pada salah satu forum ilmiah yang lalu.

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin terjawab oleh peneliti-peneliti mendatang. Sebagaimana yang dilakukan  oleh mahasiswa saya yang telah berhasil menafsirkan legitimasi karismatiknya Adityawarman di Kerajaan Melayu.

Bacaan selengkapnya bisa diunduh di sini:

Legitimasi Kekuasaan dityawarman di Kerajaan Malayu Berdasarkan Sumber-Sumber Prasasti


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline