Hari selasa di pekan terakhir Juli 2021, tenggorokan mulai tidak enak rasanya, mungkin saya akan terkena flu, begitu bisik dalam hati.
Tak panjang pikir saya langsung minum obat berharap gejalanya menghilang cepat. Namun tak disangka, dua hari setelahnya demam mendera, tubuh menggigil tak karuan. Ternyata demam flu sudah menghampiri, pikir saya.
Beberapa hari demam naik turun, saya tidak mencium bau meski hidung terasa plong. Saya mulai berpikir gejala tidak seperti demam flu yang pernah saya alami.
Saya kaget sejadi-jadinya, ketika anggota keluarga saya yang tinggal serumah -kebetulan beliau terlebih dulu menderita demam tinggi- positif terkena covid-19. Sudah pasti demam yang saya alami ini akibat terpapar virus tersebut.
Saya menderita demam hampir delapan hari, enam hari kemudian sudah berangsur pulih. Gejala berat yakni sesak napas saya alami hanya sekitar dua hari yaitu pada hari ke 6 dan ke 7. Alhamdulillah saya sembuh setelah dua minggu.
Meski rasa capek dan lelah masih saya alami hingga satu bulan lamanya.
Di awal September saya sudah merasa pulih sepenuhnya. Tubuh saya terasa sehat, dan makanpun sangat lahap.
Namun tiba- tiba, saya disadarkan adanya sesuatu yang tidak beres dengan rambut saya. Tidak seperti biasanya, rambut dalam jumlah banyak berserakan di lantai.
Saya semakin khawatir, ketika keramas, rambut rontok menempel sangat banyak di tangan. Lebih parah lagi, ketika diusap saja, rambut seakan lepas dari kulit kepala tanpa rasa sakit sedikitpun.
Kurang lebih 10 helai rambut rontok akan jatuh ketika diusap. Setelah seminggu gejala kerontokan tidak berkurang sedikitpun, meski produk tonik anti kerontokan sudah digunakan.
Kulit kepala sudah semakin terlihat, menandakan rambut yang semakin menipis dan kebotakan di depan mata. Saya semakin takut dengan keabnormalan ini. Saya stress jikalau pada akhirnya botak di usia menjelang 30 tahun.