"Wahai anak! Berapa malam engkau berjaga guna mengulang-ulang ilmu, membaca buku, dan engkau haramkan tidur atas dirimu. Aku tak tahu, apa yang menjadi pendorongmu. Jika yang menjadi pendorongmu adalah kehendak mencari materi dan kesenangan dunia atau mengejar pangkat atau mencari kelebihan atas kawan semata, maka malanglah engkau. Namun jika yang mendorongmu adalah keinginan untuk menghidupkan syariat Rasulallah saw dan menyucikan budi pekertimu serta menundukkan nafsu yang tiada henti mengajak kepada kejahatan, maka mujurlah engkau. Benar sekali kata seorang penyair, "Biarpun kantuk menyiksa mata, Akan percuma semata-mata jika tak karena Allah semata".
"Wahai anak! Hiduplah sebagaimana maumu, namun ingat! bahwasanya engkau akan mati. Dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun ingat! engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat! engkau pasti akan menerima balasannya nanti"
Sungguh luar biasa dan penuh makna penggalan nasihat Imam Al-ghazali yang ia tulis untuk murid-muridnya di atas. Imam Alghazali memberikan sebuah pandangan baru tentang hakikat belajar dan menuntut ilmu.
Menurutnya, tujuan dari belajar dan menuntut ilmu pada akhirnya tak hanya untuk mendapat pekerjaan semata yang ia istilahkan dengan "untuk mencari materi dan kesenangan duniawi". Tetapi lebih dari itu, menuntut ilmu bertujuan membentuk karakter seseorang agar memiliki budi pekerti yang baik.
Nasihat Imam Alghazali ini, sesungguhnya masih sangat relevan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Berapa banyak di antara orang-orang terpelajar terjerat kasus-kasus kriminal dan amoral. Korupsi misalnya, umumnya pelakunya malahan dari kalangan pejabat yang telah menempuh pendidikan tinggi. Belum lagi skandal-skandal lain yang menjijikkan untuk dibicarakan. Bisa dikatakan mereka belajar atau menuntut ilmu hanya untuk memenuhi hasrat keduniawian yang tiada akhir.
Imam Alghazali juga memperingatkan bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan pasti akan mendapat balasannya kelak. Perbuatan baik tentunya akan berbuah balasan yang baik bahkan lebih baik lagi. Begitu pula sebaliknya, yang jahat akan memperoleh ganjaran yang buruk pula.
Imam Alghazali sendiri merupakan tokoh sufi, teolog dan filsuf muslim berkebangsaan Persia. Nama aslinya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Ia hidup pada pertengahan abad ke-11 hingga awal abad ke-12 M. Ia dikenal sebagai Algazel di dunia Barat dan digelari pula sebagai hujjatul Islam oleh kalangan ilmuwan Islam.
Di bidang tasawuf, karya tulisnya banyak dirujuk oleh ulama-ulama Nusantara seperti kitab Ihya 'Ulumuddin. Di bidang lain, karya tulisnya banyak digunakan di dunia Barat seperti Tahafut al-Falasifahyang isinya berupa kajian filsafat yang membahas kelemahan-kelemahan pemikiran filsuf kala itu. Kitab-kitab tentang tentang logika seperti, Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge), Al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance), Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H