Lihat ke Halaman Asli

Hafidz Maksum

Mahasiswa

Mengenal Teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim (1893-1947)

Diperbarui: 31 Oktober 2023   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dalam keluarga saya yang masih kental menganut amaliyah ziarah kubur dan yakin dengan apa yang dilakukan tersebut. Kegiatan tersebut hampir rutin dilakukan setiap menjelang ramadan dan setelah sholat idul fitri, dan juga kadang dilakukan setiap kamis sore atau malam jumat. Walaupun warga tempat tinggal saya tidak melakukan amaliyah ziarah kubur namun kami tetap mengganggapnya sebagai hal yang wajar, dalam bersosial juga masih berbaur sangat baik. Namun kerap kali dalam diri sendiri merasa berbeda dengan mereka dan kadang kurang percaya diri, walaupun dalam beragama islam ini sumber pengetahuan yang awalnya adalah normatif bersumber pada alquran dan hadist, namun dengan perkembangan zaman perbedaan pemikiran tentang pemahaman agama yang terjadi dimasyarakat masih ditemukan seperti pada kasus diatas. Tentu mengapa terdapat perbedaan antara pemahaman agama yang satu dengan lainya, hal tersebut dilatarbelakangi historis yang berbeda, misal dalam keluarga saya yang menganut amaliyah ziarah kubur jika ditarin dari historisnya memang dari garis keturunan sebelumnya masih memegang amalan tersebut sehingga akan dibawa oleh keturunannya walaupun pindah tempat tinggal. Dalam studi kasus diatas dapat saya tarik kedalam disipin ilmu yaitu dengan teori sosiologi pengetahuan karl mannheim, karena teori tersebut dapat membantu dalam memahami lahirnya beragam pemikiran keagamaan, meski berangkat dari sumber normatif yang sama (Alquran dan Hadis).


Saya menemukan pengertian teori Sosiologi Pengetahuan karl mannheim ini berawal dari jurnal yang berjudul Sosiologi Pengetahuan : telaah atas pemikiran Karl Mannheim ditulis oleh Hamka hamka (2020) dalam artikel ini menjelaskan tentang pemikiran Karl mannheim bahwa tak ada pengetahuan yang lahir dari ruang hampa, melainkan ia dikonstruksi oleh situasi sosial yang mengitarinya. Oleh karena itu, usaha untuk memahami pemikiran seorang tokoh tidak akan pernah sempurna tanpa memahami latar belakang sosial yang berada di balik pemikiran tersebut. Menurut karl mannheim sosiologi pengetahuan bertujuan untuk memahami bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi pembentukan pengetahuan dan bagaimana pengetahuan tersebut mempengaruhi masyarakat. Mannheim juga menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosialnya, sehingga sosiologi pengetahuan harus memperhatikan asal-usul sosial dari pengetahuan tersebut. Jadi pemahaman saya mengenai sosiologi pengetahuan adalah pengetahuan itu ada ketika ada yang melatar belakangi dari sosial lingkungan sekitarnya, tentu penjelasan tersebut menurut saya kurang jika dalam konteks agama islam. Jika pengetahuan tentang agama itu juga bermula dengan latar belakang sosial dan pengaruh sosial maka nanti kemurnian dalam ajaran islam tersebut perlahan akan hilang dan menyebabkan konflik jika tidak diimbangi dengan rujukan normatif alquran dan hadis. Dan jika masih dalam ranah yang tidak ekstrem seperti perbedaan pendapat mengenai amalan ziarah kubur, tahlilan, doa qunut dll menurut saya masih dapat diterima, karena latar belakang historisnya berbeda-beda.


Teori sosiologi pengetahuan ini diperkenalkan oleh karl mannheim beliau lahir pada tanggal 27 Maret 1893 dan tutup usia pada 9 Januari 1947, beliau lahir di Budapest, dari keluarga Yahudi kelas menengah, ayahnya adalah orang Hungaria yang bekerja sebagai produsen tekstil, sedangkan ibunya berkebangsaan Jerman. Ia belajar di Universitas Budapest serta di Berlin, Paris dan Heidelberg. Di Universitas Budapest, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang filsafat. Pada 1914, ia menghadiri kuliah oleh Georg Simmel. Ia menghabiskan kehidupan aktifnya di paruh pertama abad kedua puluh, pada tahun-tahun tergelap di Eropa Modern. Perang dunia, rejim totaliter, kamp konsentrasi, massa emigran, negara-negara yang membubarkan diri dan menghidupkan yang baru, krisis ekonomi, dan lain-lain. Studi universitasnya di Budapest juga membuatnya terikat dengan budaya dan filsafat Jerman, Harus diiingat, bahwa dia juga belajar di Universitas Berlin. Semua faktor ini membuatnya lebih mudah beradaptasi dengan budaya Jerman dan dunia berbahasa Jerman. Setelah tiba di Jerman, dia pertama kali menghadiri ceramah Husserl dan Heidegger di Universitas Freiburg dan kemudian berangkat ke Heidelberg pada tahun 1921, di mana dia sering mengunjungi majelis Marianne Weber (janda Max Weber). Anggota dari lingkaran ini pasti berdampak pada Mannheim, menggiringnya ke sosiologi. (hamka 2020)

Referensi : 

Hamka, Hamka. "Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Mannheim." Scolae: Journal of pedagogy 3.1 (2020): 76-84.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline