Salah satu dari buku islami pernah kami baca, "Miracle of Puasa" dari habib Anies, tak bisa diragukan akan selalu berada dalam posisi terdepan saat orang menanyakan rekomendasi buku bacaan islami, atau setidaknya untuk sekarang.
Tak bisa dibantah sebagai bagian kecil dari anak muda, selalu ada keberatan dalam hati untuk meminjam, lebih lagi membeli buku. Sementara, harus dikatakan buku ini merupakan pengecualian, kami rela menyisihkan uang untuk membeli ini, dan tidak ada penyesalan sampai saat ini, meski tidak semua nilai dalam sana berhasil terealisasi, tetapi kami cukup senang untuk mengakuisisi 'sebongkah daging' dalam sana.
Seperti dalam terjemahan, 'Keajaiban dari Puasa' tak bisa dibantah membahas semua tentang puasa dari berbagai pandangan dengan cara penulisan menyenangkan mulai dari perintah, keutamaan, kesehatan, hingga sejarah penting terjadi dalam bulan puasa. Terlebih, buku ini dikemas dengan warna, juga animasi segar dalam sana, aman untuk dibaca semua usia.
Di sini kami akan dengan senang menjelaskan sedikit pemahaman dari membaca buku "Miracle of Puasa" , lebih rinci lagi dalam bagian VII tentang Ibadah jauh dari riya. Lebih jauh lagi, tentang puasa sangat berbeda dari ibadah lain, puasa yang tak bisa dibantah lebih lama dari sholat, juga lebih 'laten' dibandingkan dengan haji.
Menaklukkan Diri Sendiri
Salah satu hal tak bisa dibantah menjadi pembeda puasa dengan ibadah lain adalah tidak ada tuntutan untuk melakukan aktivitas fisik tertentu di sana. Tidak perlu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, atau jauh-jauh beribadah umrah ke Saudi Arabia. Puasa merupakan ibadah yang jauh lebih personal, juga intim. Tanpa perlu pamer atau pembuktian terhadap orang lain.
Dari sini kita tahu pembeda di sana. puasa melatih kita untuk jujur pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa melihat entah kita benar-benar menjalankan ibadah ini atau tidak, cuma diri kita sendiri yang mengetahui.
Terlebih, puasa tak bisa dipungkiri ibadah dengan konsistensi, tidak akan ada satu orang bisa mendeteksi, kecuali tuhan sebagai saksi.
Lebih jauh lagi, puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu. Selama berjam-jam, kita dituntut untuk menolak keinginan untuk makan dan minum, hal yang sebelum ini halal dan boleh kita lakukan. Tak berhenti di sana, kita juga dituntut menjaga amarah, juga emosi dalam diri, yang mana digambarkan jauh lebih susah dibandingkan melawan 70 setan.
Dari sini kita memahami betul mengapa keburukan masih terus dilakukan, meski semua setan diborgol dalam neraka. Ternyata, nafsu dalam diri kita tak kalah parah.
.