Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Pagi: Yogyakarta Kapan Nggak Macet?

Diperbarui: 21 Maret 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu Kartu Untuk Pembayaran Transportasi Kurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi | SUMBER: TRIBUNNEWS

Selamat pagi, semoga aktifitas anda pada hari Jumat ini diberi kelancara dan selalu dinaungi kesuksesan yang luar biasa. Iseng nulis baru aja ngobrol dengan salah satu teman kantor yang senior sebut saja Mas Ithok, tentang apa yang mungkin bisa diterapkan untuk mengurai kemacetan di Yogyakarta. Tidak hanya wacana tapi mungkin bisa menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan di Yogyakarta. 

Sempat muncul dari obrlan kami tentang sepeda bukan hanya sekedar hobi tetapi bagaimana menggeser sepeda menjadi sebuah alternatif moda transportasi yang selalu menjadi pilihan masyarakat. Kemudian bagaimana mengurangi kepadatan lalu lintas di Yogyakarta saat jam sibuk berangkat kerja dan sekolah dan juga jam sibuk pada sore hari. Ada sebuah wacana atau ide dengan membuat semacam sistem kartu pegawai yang terintegrasi dengan Angkutan umum, Trans Jogja misalnya. Ada juga bagaimana membuat peraturan atau penataan kembali adanya bus sekolah yang merupakan keharusan tiap sekolah untuk menyediakan fasilitas ini untuk murid-muridnya. Mungkin mari kita bisa urai satu persatu ide atau wacana diatas yang mungkin bisa menjadi masukan dan solusi bagi kemacetan di Kota yogyakarta.

1. Sepeda bukan hanya hobi dan olah raga.

Saat ini saya bertanya pada diri sendiri, apakah kebijakan dan penataan sepeda yang terintegrasai dengan public transportharus menunggu sampai semua pekerja atau karyawan bersepeda semua. Kalau memang itu alasannya, saat ini trend bersepeda sudah menjalar hingga pelosok desa, setiap hari libur mereka membuat suatu kelompok atau komunitas bersepeda dengan kegiatan rutin adalah bersepeda setiap hari minggu atau hari libur. Tapi saat ini belum ada penataan yang lebih mendukung lagi sepeda sebagai tidak hanya sebatas moda untuk sekedar hobi dan olahraga. Tetapi sepeda bis menjadi moda transportasi utama yang bisa terintegrasi dengan angkutan umum. Kebijakan 20% untuk ruang terbuka hijau di setiap kabupaten kota di DIY juga sebenarnya sangat mendukung bagi para pengguna sepeda.

Pola pikir yang belum benar saat ini adalah masyarakat menganggap sepeda sekadar alat olahraga, hobi atau rekreasi. Selain itu sepeda dianggap identik dengan orang miskin, dan kurang gengsi. Masyarakat beranggapan mereka yang naik sepeda ke tempat kerja adalah mereka yang miskin dan bertujuan untuk menghemat biaya transportasi. Seperti semisal di Stasiun Chelmford Inggris, disana terdapat banyak cycle point untuk paara pesepeda yang ingin melakukan commuter dengan berganti moda kereta api. Di stasiun sendiri disediakan fasilitas parkir sepeda yang cukup memadai, bahkan ada ruang ganti juga bagi para pengguna sepeda, cukup lengkap bukan.

Dengan dukungan infrastruktur yang terintegrasi maka diharapkan akan terjadi perubahan persepsi sepeda bukan hanyasebagai hobi dan rekreasi tapi diharapkan bisa menjadi salah satu bagian dari pola transportasi makro yang harus dikembangkan dalam perencanaan tata kota. Tentunya ini juga bisa sangat mungkin menjadi solusi mengurai kemacetan di Yogyakarta dengan dukungan masyarakat dan juga pemerintah sebagai penentu kebijakan. Adanya semangat "sego segawe" atau "bike to work" yang sangat fenomena di yogyakarta ini tinggal dilanjutkan dan tentu saja pemerintah perlu mendukung dengan pembangunan infrastruktur pendukungnya.

2. Kartu pegawai yang terintegrasi dengan public transport.

Sistem pembayaran alat transportasi terintegrasi yang mampu menerima semua kartu nirkontak (contactless card) yang diterbitkan semua bank, di samping kartu pembayaran yang saat ini sudah berlaku untuk berbagai angkutan umum dan sudah banyak diterapkan di kota-kota di Indonesia dengan bekerja sama bank-bank terkait biaanya dengan kartu ATM. Nah, pengembangan dari itu, mungkin bisa diterapkan juga pada PNS, karyawan swasta atau pekerja. Biasanya perusahaan atau unit kerja memberikan tunjangan transportasi pada seluruh karyawannya. Mekanismenya adalah dengan bekerjasama dengan pengelola dalam hal ini adalah Trans Jogjauntuk berintegrasi dengan sistem pembayaran distribusi dari tunjangan transport tadi. Konsep yang hampir sama seperti penggunaaan kartu nirkontakseperti yang sudah ada, ataupun menggunakan kartu pegawai dan sebagainya.


3. Bus Sekolah return.

Mungkin sekarang sudah saatnya tiap sekolah mewajibkan para muridnya untuk menggunakan armada bus skolah untuk berangkat dan pulang sekolah. Dan ini tentu saja setiap sekolah wajib memiliki saran bus sekolah. Sehingga setiap harinya para murid wajib menggunakan bus sekolah. Coba bayangkan berapa banyak sepeda motor dan mobil yang akan tidak akan terlihat di jalan raya kita. Tentu saja dalam hal ini Dinas Pendidikan harus memikirkan bagaimana mekanisme pegelolaan dan operasionalnya. Untuk operasional sebetulnya banyak alternatif yang bisa digunakan seperti bekerjasama dengan Jasa Transportasi dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline