Lihat ke Halaman Asli

Yuks Kita Berantas Kemiskinan Ddi Negeri Pertiwi dengan Berwirausaha

Diperbarui: 10 Mei 2016   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Potensi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Melalui hierarki yang diajukan oleh Jalaludin potensi, inderawi yang lebih dikenal itu berupa indera penciuman, perabaan, pendengar dan perasa. Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indera dengan memanfaatkan indera lain yang sudah siap (Jaluludin, 2001). 

Oleh Toto Tasmara dikaitkan dengan fuad yang merupakan potensi qalbu yang berfungsi untuk mengelolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia (fungsi, rasio, kognitif). Fuad mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya (Toto Tasmara, 2001). Menurut Al gazali fuad atau qolb merupakan alat dan wadah guna memperoleh ilmu pengetahuan (Shihab,M. Q, 1996).

Potensi sumber daya manusia di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perihal potensi, yang mana Indonesia sendiri memiliki garis pantai terpanjang, ke empat di dunia, cadangan gas alam tertinggi ke dua di Asia dan ke empat belas di dunia. Data BPS tahun 2014 menunjukkan cadangan gas alam Indonesia mencapai 103,3 triliun kaki kubik (1 kaki sama denan 30,48 cm). Negara Indonesia juga berada di daerah tropis yang menjadikannya sebagai negara yang sangat subur. Kekayaan alam tersebut ditambah dengan keindahan alam yang menakjubkan. Hasil survei WorldEconomi Forum(WEF) tahun 2012 menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling indah keenam di dunia.

Seharusnya dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia tersebut rakyat Indonesia bisa mendapatkan kesejahteraan. Tetapi fakta menunjukkan sebaliknya, rakyat Indonesia jauh dari sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Data BPS (2014) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,25 persen. Demikian juga dengan jumlah pengangguran yang mencapai 7,24 juta jiwa. Kondisi yang mencengangkan dari data tersebut adalah bahwa pengangguran tidak hanya berasal dari masyarakat awam namun sebagiannya adalah golongan lulusan SMA dan Perguruan Tinggi.

Kondisi ini tentunya membuat Indonesia semakin terpuruk, negara Indonesia kaya namun rakyatnya tidak sejahtera. Dan tentunya kemiskinan ini disebabkan oleh potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat rendah dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang ada. Hal ini dibuktikan dengan temuan BPK tahun 2013 dimana 70 persen sektor migas, 75 persen nikel, bauksit, batu bara, dan timah, serta 85 persen emas dan tembaga dikuasai oleh negara asing.

Di sinilah peran entrepreneur sangat dibutuhkan. Sumber daya alam membutuhkan entrepreneur yang mampu mengelolanya untuk kesejahteraan rakyat. Entrepreneur sendiri merupakan seorang yang memutuskan untuk memulai suatu bisnis, sebagai pewarabala (flanchisor) menjadi terwaralaba (franchisor) memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang sudah ada atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu produk baru, atau menawarkan suatu jasa baru, serta menjadi manajer dan penyandang risiko (Sunarya, S. 2011). Esensi seorang entrepreneuradalah meningkatkan nilai barang atau jasa dari barang

yang tidak bernilai menjadi produk yang bernilai tinggi. Kehadiran entrepreneurdiharapkan mampu mengelola kekayaan alam Indonesia sehingga rakyat tidak hanya menjadi penonton dan budak di negeri sendiri.

Bekerja keras merupakan salah satu hal yang memang menjadi kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja dalam Islam bukan hanya sekedar mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga tetapi, mencangkup segala bentuk pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat serta negara. Kerja bukan bukan hanya sekedar profit oriented tetapi juga benefit oriented.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah lama menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti bidang entrepreneurship. Bahkan Rasullulah SAW merupakan contoh sempurna seorang pengusaha yang handal dan religius. Rasullulah SAW terkenal sebagai wirasusaha yang jujur, adil, tidak pernah membuat pelanggan kecewa, tidak pernah ada keluhan pelanggan terhadapnya, selalu menepati janji dan selalu menawarkan produk yang berkualitas serta transparan dalam memberikan informasi terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Hermawan dan Syakir (2006) ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam berwirausaha sebagaimana tercantum dalam hadis-hadis sebagai berikut:

“Tidak ada satu pun makanan yang baik daripada yang dimakan dari hasil keringat sendiri”(HR Bukhari).

“Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli, dan membuat suatu pernyataan” (HR Bukhari)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline