Lihat ke Halaman Asli

#Nyanyian BBM

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[sekedar nyanyian]

ketika teriakan akibat harga BBM melonjak naik,
apakah nada teriakan itu begitu merdu atau malah merdu namun tidak nyaring?, duhh...falacy kalimat ini akibat gagal mendapatkan harga BBM yang membuat nyaman semua komponen masyarat,

Ketika subsidi berdefinisi kabur menjadi defisit maka teriakan apalagi yang bisa menjadikannya tak berdefinisi kabur?,

Ketika nyanyian sudah semakin beratnya mengalun beriringan naiknya BBM, mau nyanyi apa lagi?, nyanyian ini saja sudah beratnya bukan main,

Ketika jalan kaki pun diartikan sebagai kelelahan bukan kesehatan, maka dengan naiknya BBM apakah itu adalah obat rindu rakyat saat merindukan mobil keren atau kerinduan rakyat yang tidak berani bermimpi mendapatkan mobil mewah tapi hanya merindukan alat transportasi massal yang nyaman.

Kalau BBM memang takdirnya adalah naik, maka hukum keterbatasan bisa melanda BBM, yaitu semakin tinggi hingga pada taraf maksimalnya akhirnya jatuh juga, seperti sepandai-pandai tupai meloncak akhirnya jatuh juga, kalau BBM jatuhnya sudah pasti tidak seperti si Tupai,

Lalu, ada yang berkata kalau jalan kaki itu sehat, namun sejauh-jauhnya berjalan toh kelelahan juga,
Sungguh kopi susu lebih nikmat daripada menyaksikan BBM merangkak naik, meski begitu bensin bukan minuman mineral...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline