Lihat ke Halaman Asli

Bagai Burung Hantu

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagai Burung Hantu

Bagai burung hantu yang menghindari keramaian
Merenung di malam yang pekat
Mencerna tentang apa itu "awal" dan apa itu "akhir",
Sepanjang malam hanya tersisa redup cahaya,

Bagi burung hantu yang tak menyukai terang
namun sesungguhnya butuh "cahaya"
agar memahami keberadaan diri sesungguhnya,
yang awalnya bertanya-tanya "Siapakah sang pencipta dari semua ini?"
Lama merenung lalu kembali pada pertanyaan "Atau Siapakah diri ini?"

Bagai burung hantu yang mengonggong pada pekatnya malam
Ingin melantunkan bait-bait wahyu yang telah tergurat
Akhirnya pekikan gongongan itu seperti tak berarti apa-apa
namun bisa tercatat sebagai usaha hingga kembali ber-kontemplasi
Di atas dahan kering nan rapuh

Mungkin diri bagai burung hantu yang fitrahnya merindukan cahaya
Yang menyisakan pertanyaan-pertanyaan
Dari mana,
Di mana,
dan Akan kemana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline