Lihat ke Halaman Asli

Haendy B

Blogger, Football Anthutsias

Maag 'sapu jagat'

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Subuh masih dua jam lagi, tapi hawa panas yang merasuk sepertinya tak pandang bulu, hanya berbalut pakaian yang melekat di badan untuk menopang pertahanan yang sebenarnya mulai kendor, mulai kegerahan tapi tetap disikapi dengan kesabaran karena ya dua hari lagi lebaran akan datang, sekarang sedang berjuang demi hal yang dinanti setiap setahun sekali, menanti lebaran 2008 dengan kereta 'sapu jagat' yang masih belum berhenti di stasiun berikutnya, membawa kami, saya dan saudara saya pulang ke kampung halaman.

Sapu jagat adalah istilah yang diberikan untuk kereta barang atau kereta parcel, tahun 2008 ini kereta parcel yang melewati jalur utara dinamakan kereta Chetah dan yang melewati jalur selatan dan gerbong atau bagasi berwarna hijau dinamakan kereta sapu jagat, tapi lagi-lagi karena nama berunsur "tidak manusiawi" sehingga plat nama pun berganti menjadi kereta komunitas, hanya berganti nama tanpa perubahan yang pasti dan nyata menuju kearah yang lebih baik bagi para pemudik. Menjelang lebaran kali ini kereta sapu jagat sedikit lebih 'manusiawi' dengan beralaskan karpet tidak seperti tahun lalu yang apa adanya dan satu kipas angin yang terletak disekitar dinding  bagian atas tetap tak mengurangi kegerahan yang melanda sejak dari keberangkatan, semakin lengkap 'kepahitan' pemudik  karena tiadak adanya kakus untuk keperluan buang air sehingga harus menunggu stasiun berikutnya kereta 'sapu jagat' adalah simbol nyata kegagalan pemerintah dalam mempersiapkan angkutan mudik yang layak bagi masyarakatnya.

Kereta 'sapu jagat' atau kereta komunitas ini berangkat dari stasiun senen menuju stasiun pasar turi, dengan buka puasa yang seadanya di stasiun senen karena keuangan yang terbatas, kami berangkat dengan berdesak-desakan, saling mendahului dan sikut menjadi kelumrahan antar penumpang, berebut untuk dapat tempat yang sebenarnya sama, yaitu di lantai, ketika dapat memasuki kami mengambil tempat yang agak pojok agar tidak terinjak-injak oleh orang yang berdesak-desakan. Ketika kereta berangkat saya sudah tertidur walaupun dengan keadaan yang tak nyaman tapi bukan masalah, menjelang dekat sahur tiba-tiba saya mendengar suara rintihan, suara yang saya kenal, ya itu suara saudara saya dan sepertinya dia menderita maag, mungkin akibat dari makanan yang tidak higienis sewaktu berbuka puasa tadi, berusaha menenangkannya dan menghiburnya agar bisa sedikit bersabar karena obat sakit maag (promag) tidak ada.

Sekitar pukul setengah empat pagi, kereta tiba distasiun, berlari dengan terburu-buru untuk segera membeli obat sakit maag (promag) disekitar stasiun, melongok kesegala arah dengan secepat mungkin mencari pedagang yang menjual obat sakit maag (promag), ternyata yang menjualnya obat promag ada di peron seberang,  langsung loncat sambil memelihara kehati-hatian akan kereta yang lalu lalang, setelah membeli obat maag secepatnya kembali ke gerbong tempat saudara saya. Setelah selesai saya segera mencari penganan buat sahur.

Ternyata walaupun sepele tapi memiliki nilai yang penting, "sedia promag sebelum sakit maag" .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline