Lihat ke Halaman Asli

Meluruskan Feminisme: Perempuan dalam Filosofi Sholat

Diperbarui: 24 April 2016   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto: putrahermanto.wordpress.com"][/caption] Dalam tulisan ini saya ingin memberikan pandangan saya soal perempuan, soal dimana persoalan fundamen itu tak pernah menemui muara. Ya Hawa maksud saya,  dulu konon Hawa diciptakan dari sulbi adam setelah sebelumnya Adam merasa terganggu dengan kesendiriannya maka Tuhan yang maha Rahim menciptakan Hawa dari rusuk Adam pada saat adam terjaga. Setelah bangun,  barulah si Adam tahu ada makhluk lain yang berbeda lawan jenis  ada disampingnya, dst-dst sampai pada akhirnya diusir Sang Adam dari surga.

Sebuah narasi besar cerita sengketa soal buah khuldi, sampai pada akhirnya ini yang menjadi alasan keduanya diusir dari surga dan dipertemukan kembali dijabbal rahmah. Barulah semua episode kehidupan itu dimulai. Cerita Romeo dan Juliet, atau Cleopatra dan Mark Antony yang keduanya mampu memperkuat posisi Negara mesir adalah kisah yang tak seberapa jika dibanding dengan cerita antara Adam dan Hawa tatkala dipertemukan kembali di Jabal Rahmah, kisah yang jauh lebih layak diangkat karena kekuatan tentang kisah pengorbanan dan kesetiaan, serta sebab musabbab kejadian cinta dan kehidupan (peradaban) itu dimulai dari naskah cerita ini.

Baik sebetulnya bukan kisah cintanya yang mau saya gali disini, tapi objek kajianny adalah perempuan.  Manusia abad modern telah memberikan tempat yang luar biasa pada perempuan. Isu soal HAM, Kajian Feminisme dan Keseteraan Gender adalah bukti untuk meberikan kejelasan  legitimasi dan positioning bahwa perempuan adalah adalah sosok yang sama sejajar dengan laki-laki bahkan jauh sangat mungkin melampui laki-laki. Konteks ini kemudian bergulir dengan beberapa fakta dimana perempuan juga bisa memimpin, walikota Surabaya,  mantan gubernur banten, presiden RI ke-5 dan masih banyak lagi sampai pada nama calon Sekjen PBB hari ini yang didorong juga perempuan. Artinya dunia sudah membuktikan diluar dari kodratnya, hamil, melahirkan dan menyusui semua urusan dunia bisa diberikan pada perempuan.

Perempuan Dalam Filosofi Sholat

Tapi kemudian ada hal menarik yang perlu diperhatikan, bahwa dalam konteks Islam perempuan dilahirkan sebagai  makmum (maksudnya selagi ada laki-laki maka laki-lakilah yang lebih diprioritaskan untuk jadi pemimpin). Maka kemudian dalam masalah sholat misal tidak ada istilah, bahwa perempuan bisa menjadi imam dari laki-laki (dengan alasan apapun). Bahkan tugas perempuan dalam kaidah sholat hanyalah boleh mengucapkan amin (itupun hanya setelah surat alfatiha), tidak boleh ada interupsi dalam sholat layaknya seperti, dalam ruangan sidang (sekalipun sang imam salah) bahkan perempuan hanya boleh mengucapkan subhanallah, yang artinya Maha Suci Allah. Tidak ada caci maki, tidak ada interupsi,  tidak ada (makmum) yang boleh mengeluh hanya karena ayat yang diucapkan  kurang merdu atau surat yang dibacakan terlalu pendek. Semua aturan main sholat itu dibuat untuk menghormati pengabdian imam (sang laki-laki) yang berusaha khusuk dihadapan Tuhan (Allah Swt).

Saya bukan tidak sepakat dengan gerakan feminisme (yang mendorong kesetaraan gender) tapi lebih hanya karena ini telah merobohkan tatanan kehidupan, sehingga identitas perempuan sebagai makmum menjadi kabur (Sekalipun banyak kasus persoalan rumah tangga itu hancur karena laki-laki tidak mengerti atau menyalahgunakan perannya). Bagi saya turunnya Islam sebagai agama adalah untuk mengangkat dan menghargai hak-hak perempuan,  karena pada awal islam lahir banyak perempuan yang menjadi budak, maka Islam datang untuk mengangkat dan menghargai hak-hak perempuan (dengan catatan tanpa melupakan posisinya sebagai makmum).

Banyak yang sepakat bahwa persoalan Negara ini dikarenakan Pemimpinnya yang kurang baik. Bagi saya bukan hanya itu justru karena banyak yang makmum atau rakyatnya yang kurang beres. Dalam persoalan rumah tangga (sub organisasi  sosial terkecil dalam Negara) tidak serta merta persoalan itu datang dari sang imam, boleh jadi yang jadi makmum keluarga tidak siap untuk dipimpin, terlalu banyak makmum (istri) yang memble atau ngeyel biasanya. Anda masih ingat tatkala sebuah akad nikah berlangsung secara kasat mata itu sunah dan baik (Tapi bagi sang calon imam) itu adalah tanggung jawab kehidupan bahkan ketika sang laki-laki mengatakan dihadapan wali perempuan dengan kalimat ”Saya terima nikahnya dst-dst..” sama halnya dengan “Saya siap menerima dan menanggung semua dosa-dosa istri saya didunia (selama menjadi istri saya) sampai pada memberikan pertanggungjawaban  dihadapan persidangan Tuhan diakherat kelak”. Disini sebetulnya  saya ingin menegaskan bahwa begitu mengerikan tanggungjawab laki-laki sebagai imam dimuka bumi.

Saya berkeyakinan bahwa Alqur’an salah satunya diturunkan untuk mendudukan Tupoksi (Tugas Pokok Fungsi) laki dan perempuan pada tempatnya. Karena persoalan mendasar bangsa ini adalah memberikan batasan dan penegasan pemahaman bahwa dalam lingkup terkecil rumah tangga peran perempuan tetaplah mesti melayakkan diri sebagai makmum dan laki-laki adalah harus dihargai sebagai pemegang kendali penting keridhaa Tuhan diakhirat.

Pada akhirnya saya ingin menegaskan bahwa model kehidupan didunia ini sederhanaya adalah bagaimana mengatur tugas antara laki-laki dan perempuan, hakikatnya baik-buruknya dunia ini hanyalah soal dua subjek itu (yakni kesadaran penuh atas kedudukan atau tupoksi laki dan perempuan).

 

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline