Banyak dari kita (insan), yang sukar memahami konteks bagaimana cara Allah menyayangi hamba-Nya. Bahkan ada yang benar-benar kecewa terhadap takdir yang sudah terjadi, memang tidak mudah, kita, untuk menanggapi segala lika-liku kehidupan. Bagaimana dengan iman kepada Allah swt?, atau bagaimana tentang pertolongan Allah swt itu dekat?, dimana letak keyakinan - keyakinan itu berlabuh? hilang sudahkah? atau malah pencitraan spiritual semata agar dinilai mahmudah di depan khalayak?. Mungkin, kita merasa "tak apa karena bukan kebiasaan", tetapi Allah swt maha melihat, mendengar, menjadi pengawas hamba-hamba Nya dan inikah yang kita sebut "tak apa"? lalu bagaimana dengan hari akhir, yaumul hisab, mizan, dan akhirat?.
Bicara soal keinginan dan kebutuhan juga tidak jauh dari makna "taqdir Allah swt/qodarullah", apalagi kita sebagai muslim pastinya memahami hal tersebut (keinginan dan kebutuhan), tidak sedikit pula yang menggaungkan kalimat "Allah swt lebih faham kebutuhan kita, bukan keinginan kita" secara tidak langsung, hal ini merupakan salah satu komunikasi kita (insan) terhadap Allah swt tentang pertanggungjawaban perkataan atau do'a kita kepada Allah swt, kadang apa yang memang benar-benar kita inginkan harus cepat terealisasi dan menyenangkan pribadi kita, justru pada kacamata Allah swt bukan karena ingin menyenangkan hamba-Nya, lebih melihat kepada efek baik atau buruk yang disebabkan oleh keinginan si hamba tersebut, sungguh maha baik dan adil Allah swt untuk seluruh alam semesta.
Allah swt pun, ketika kita tidak mengingatkan akan tetap selalu mengingat dan mengawasi hamba-Nya dengan baik. Memang soal pilihan antara keinginan dan kebutuhan menjadi hal yang begitu temporal (menurut kita), namun bagi Allah swt hal itu bersifat "timeless" (tidak termakan waktu), mengapa?, karena Allah swt lah yang lebih faham dan tahu betul apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba Nya, bahkan Allah swt yang nantinya akan meminta pertanggungjawaban kita bukan?. Hendaknya persepsi yang seperti itu sedikit demi sedikit mulai ditumbuhkan dalam benak agar tidak merasa Allah swt pilih kasih terhadap hamba-hamba Nya.
Tak lain dan tak bukan, soal rencana, takdir, hasil dari usaha, dan segalanya yang membuat kita tawakkal memang sudah bukan di ranah kuasa kita (insan), semuanya akan kita kembalikan dan pasrahkan yang terbaik kepada Allah swt, apabila yang terjadi bukan keinginan kita, mari rubahlah isi benak dengan kalimat "Alhamdulillah, aku yakin pilihan Allah swt pasti yang terbaik, Aamiin". Mulailah untuk mengingat tentang keputusan atau takdir yang Allah swt berikan itu memberikan manfaat yang luar biasa bahkan jauh dari perkiraan kita (akal manusia). Sebab, terkadang kita ketika mengambil keputusan bahkan amarah tidak berfikir secara jauh lagi atau bahkan secara mentah-mentah tidak menerima keputusan Allah swt pada diri kita. Bahwa sesungguhnya di dalam keputusan Allah swt terselip surat cinta indah yang bahkan membuat kita tersadar hingga tersedu-sedu. Jadi, mari dan mulailah meletakkan benih cinta untuk-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H