Lihat ke Halaman Asli

Hadiyan

Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

COO Kompasiana Beri Pembekalan Magang Profesi Mahasiswa UMJ

Diperbarui: 23 Februari 2023   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                  Foto : Dokpri

Chief Operating Officer (COO) Kompasiana, Nurulloh, memberikan Pembekalan Magang Profesi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, pada Rabu, 12 Oktober 2022, di gedung Perintis II. 

Acara yang diikuti oleh 47 orang mahasiswa KPI ini dibuka oleh Wakil Dekan I FAI UMJ, Busahdiar, MA. Narasumber lain yang juga memberikan pembekalan adalah Abdul Aziz, M.IKom, dari CNN Indonesia.. 

Kegiatan pembekalan ini mengusung tema "Keunggulan Kompetitif Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan Penguasaan Kompetensi Khitabah (speaking), Kitabah (writing), dan I'lam (Broadcasting). Kami sendiri bertindak sebagai moderator. 

Nurulloh pada sesi dengan topik Jurnalisme di Era Digital Digital banyak memberikan tips menulis kepada para peserta pembekalan; di antaranya pentingnya penulis mengenali audiens tulisannya, baik berdasar demografi, kebutuhan, kebiasaan, dan keinginan. 

Sesudah itu, penulis perlu memerhatikan elemen-elemen suatu artikel, yaitu, runut, memiliki 'cantolan' isu,  mengungkap data dan fakta, memiliki nilai kebaruan, menawarkan solusi atau gagasan, dan supaya lebih berpeluang dimuat adalah 80 persen bersifat orisinil. 

Nurulloh juga memberikan beberapa tips yang perlu dihindari dalam menulis; pertama tidak terpaku dalam menentukan dan memilih judul di permukaan. 

"Hal ini dapat membuat waktu terbuang sia-sia dan bahkan menyebabkan penulis susah dalam mengembangkan ide dan alur cerita", tegasnya. 

Kedua, menulis atau mengedit di kepala. Hal ini, katanya, dapat mengaburkan alur cerita hingga menemukan stagnasi dalam melanjutkan cerita. 

Ketiga, membaca berulang kali sebelum selesai. "Menulis bukanlah melukis yang seringkali perlu memperhatikan sudut pandangan. Tulis sampai selesai", imbuhnya. 

Keempat, tidak terpaku dengan buku atau penulis idola. Nurulloh mengingatkan hal ini dapat mengakibatkan konten yang dibuat tidak memiliki nilai tambah atau keunikan karena terlalu mengadopsi dari bacaan atau penulis favorit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline