Foto: AsSajidin.com
Ada dua pakar Al-Qur'an kontemporer yang ikut menekankan pentingnya membaca Al-Qur'an. Pertama Muhammad al-Bahiy, dan yang kedua adalah Muhammad 'Abdullah Diraz. Keduanya adalah ulama Mesir yang diakui otoritasnya.
Seingat penulis di antara karya penting Muhammad al-Bahiy adalah Al-Qur'an wa al-Mujtama' (Al-Quran dan Masyarakat), sementara karya penting, atau bahkan monumental Muhammad 'Abdullah Diraz adalah Dustur al-Akhlaq fi Al-Qur'an (Undang-Undang Akhlak dalam Al-Qur'an) yang merupakan terjemahan versi bahasa Arabnya dari disertasinya pada Universitas Sorbone di Perancis.
Kesan penulis atas penekanan kedua ulama tersebut untuk membaca Al-Qur'an memang bukan dari karya masing-masing tersebut, melainkan dari kisah masing-masing dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an, yang kisah tersebut dituturkan oleh orang lain.
Pertama Muhammad al-Bahiy. Adalah pa Amien Rais yang berkisah saat acara silaturrahim pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Muhammadiyah se-DKI Jakarta di Aula Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta di Cempaka Putih pada 2016. Beliau bercerita saat bertemu ulama tersebut untuk keperluan mewawancarainya sebagai salah seorang ulama Ikhwanul Muslimin, dia dinasehati ulama tersebut.
"Kamu Amien, jangan mengaku sebagai pemuda Islam, kalau tidak dapat membaca Al-Qur'an setidaknya satu juz setiap hari", demikian cerita Amien Rais yang saat itu adalah mahasiswa program doktoral bidang politik Universitas Chicago, Amerika.
Amien bercerita bahwa ada tiga partai Islam yang ditelitinya, yaitu Ikhwanul Muslimin di Mesir, partai Jamaat al-Islami di Pakistan, dan partai Masyumi di Indonesia. "Pesan beliau saya jalankan dan al-hamdulillah Al-Qur'an 'menjaga' saya, saat belajar di Amerika", kenang Amien.
Dari cerita ini,jelas bahwa Al-Qur'an akan menjaga kita, kalau kita menjaga (membaca)nya.
Kedua adalah Muhammad Abdullah Diraz. Ulama yang juga terkenal dengan bukunya al-Naba' al-'Adzim, dan sering dikutip M. Quraish Shihab itu, mempunyai kebiasaan mengkhatamkan membaca Al-Qur'an dalam waktu enam hari.
Cerita ini penulis dapatkan pada kanal yang menayangkan seorang Arab (kemungkinan murid) pengagum Muhammad Abdullah Diraz. Kalau keseluruhan Al-Qur'an adalah 30 juz, maka Diraz rata-rata membaca Al-Qur'an lima juz setiap hari. Sebuah cara ideal-maksimal berinteraksi dengan Al-Qur"an.
Manapun yang kita pilih, minimal satu juz atau yang maksimal lima juz, adalah pilihan yang baik. Yang kurang baik adalah tidak kedua-duanya. Bahkan juga menjadi sangat tidak baik, karena masuk dalam kategori orang-orang yang meninggalkan Al-Qur'an sebagaimana yang dikeluhkan/dikhawatirkan/diwarning oleh Rasulullah SAW.