Lihat ke Halaman Asli

Hadi Tanuji

Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Di Antara Restu dan Cinta

Diperbarui: 3 Februari 2025   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI Di Antara Restu dan Cinta (Sumber: Freepik)

Di Antara Restu dan Cinta

(Diadaptasi dari kisah nyata, semoga kalian bahagia)

Sania menatap layar ponselnya yang gelap. Tidak ada pesan baru dari Arfan. Biasanya, pagi-pagi seperti ini, dia sudah mengirimkan doa dan harapan-harapan kecil. Tapi pagi ini sunyi. Sunyi yang menyesakkan.

Semalam mereka bertengkar. Lagi. Bukan karena tak saling mencintai, justru karena mereka terlalu mencintai. Namun cinta tanpa restu seperti burung tanpa sayap---ingin terbang, tapi tak bisa.

Sania tahu Arfan lelah. Ia pun begitu. Setahun lebih mereka berjuang meyakinkan orang tua masing-masing, namun hasilnya nihil. Sania ingin menyerah, tapi bagaimana caranya melepaskan seseorang yang menjadi separuh jiwanya?

"Kamu yakin masih mau berjuang?" tanya Arfan suatu sore, suaranya serak di ujung telepon.

Sania terdiam. Dadanya sesak.

"Jika kita menyerah, kita kehilangan satu sama lain."

"Tapi jika kita terus bertahan, kita kehilangan ridho orang tua," jawab Arfan lirih.

Lama mereka terdiam. Hanya napas tertahan dan detak jantung yang terdengar. Cinta mereka bukan sekadar ingin memiliki, tapi juga ingin membahagiakan orang-orang yang mereka cintai. Namun, apakah itu berarti harus mengorbankan kebahagiaan mereka sendiri?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline