Lihat ke Halaman Asli

Hadi Tanuji

Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Grobogan

Belajar Menjadi Unbeatable

Diperbarui: 19 Januari 2025   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Kemarin, Sabtu 18 Januari 2025 memang cukup melelahkan tapi menyenangkan. Perjalanan luar kota, berangkat pagi dan langsung balik sampai malam. Banyak kenangan yang kembali bermunculan saat melewati jalan yang belasan tahun lalu sering saya lalui. Rute Purwodadi -- Bojonegoro memang bukan rute yang asing bagi saya. Dulu saya sering melaluinya kalau pergi ke Surabaya. Rute yang menjadi salah satu saksi perjuangan hidup. Sayangnya saat itu, saya tidak berjuang sampai batas diri. Saya menyerah sebelum mendapatkan apa yang saya impikan. Melaluinya kembali saat ini, membantu saya mengobati rindu, dan mencoba berdamai dengan masa lalu. Ah sudahlah. Masih banyak yang harus diperjuangkan di depan, karena hidup adalah perjuangan. Bukan begitu?

Dan pagi ini, badan masih pegal dan capai. Rasanya perlu sesuatu yang menyegarkan pikiran sekaligus memotivasi diri. Saya pun iseng mencari-cari judul film, untuk sedikit refreshing. Saya cari film bergenre action dan cerita perjuangan, juga yang inspiratif. Pilihan jatuh pada sebuah film drama berjudul Unbeatable.

Ternyata ini bukan sekadar film adu pukul. Unbeatable menawarkan cerita yang memotivasi, tentang bagaimana kita bisa terus bertarung, bahkan ketika tubuh, pikiran, dan jiwa kita merasa berada di ambang batas.

Film Unbeatable (2013), disutradarai oleh Dante Lam, adalah sebuah film drama (Hongkong -- Tiongkok) yang menyatukan kisah perjuangan, kegigihan, dan keindahan relasi antarmanusia. Cerita berpusat pada tokoh utama, Ching Fai, mantan juara tinju yang tengah berusaha memulihkan hidupnya setelah tenggelam dalam hutang dan kegagalan. Dalam usahanya mencari penghidupan baru, ia terlibat dengan pelatihan tinju MMA (Mixed Martial Arts). Yang menarik, ia menemukan dirinya menjadi mentor bagi seorang pemuda yang mencoba bangkit dari trauma hidupnya sendiri. Kisah ini menjadi alunan harmonis yang memadukan aksi penuh energi dengan kedalaman emosional yang menyentuh hati.

Sebagai sebuah film olahraga, Unbeatable lebih dari sekadar ajang adu fisik. Di dalamnya terkandung nilai-nilai motivatif tentang kegigihan hidup, menginspirasi penonton untuk terus berjuang---bahkan ketika tampaknya dunia memberi lebih banyak pukulan daripada pelukan. Setiap karakter memiliki perjuangan yang unik, namun semua bertemu pada satu kesimpulan: hidup adalah pertandingan, dan setiap dari kita adalah petarung di dalamnya.

Bertarung Sampai Batas Diri

Kisah Ching Fai seolah menyadarkan kita bahwa terkadang, batas diri kita bukanlah akhir, melainkan awal dari kekuatan sejati. Dalam dunia MMA, kemenangan tidak hanya soal teknik atau kekuatan fisik, tetapi soal mental yang kuat menghadapi tantangan terbesar---diri sendiri. Ketika Ching Fai kembali ke ring, ia bukan hanya melawan musuhnya, melainkan juga melawan rasa takut, trauma, dan keraguan dalam dirinya. Unbeatable dengan apik menggambarkan bahwa terkadang, kemenangan terbesar adalah keberanian untuk bertarung, bahkan ketika tubuh sudah meminta berhenti.

Unbeatable adalah film yang ingin mengingatkan kita bahwa sering kali, batas yang kita kira itu sebenarnya hanyalah ilusi. Perjuangan Ching Fai dan karakternya mengingatkan kita pada pepatah klasik, "Anda tidak tahu seberapa kuat Anda sampai satu-satunya pilihan adalah menjadi kuat."

Kira-kira begini, saat kita berhadapan dengan sesuatu yang kita takuti, yang mungkin berkaitan dengan hidup dan mati, akan muncul kekuatan tak terduga. Pada kondisi normal, kita mungkin tidak bisa melompati tembok setinggi 1,5 meter. Namun saat dikejar anjing galak, tembok 1,5 meter mungkin bisa dengan mudah kita lompati. Ini yang harus kita pikirkan, bagaimana memunculkan energi terpendam ini.

Persahabatan yang Menguatkan

Salah satu aspek menyentuh dalam film ini adalah hubungan mentor-mentee antara Ching Fai dan Lin Siqi, pemuda yang dia bimbing dalam MMA. Tidak hanya teknik bertarung yang diajarkan Ching Fai, tetapi juga nilai hidup. Hubungan mereka menunjukkan bahwa ketika kita membantu orang lain untuk bangkit, kita pun sebenarnya sedang membangun diri kita sendiri. Persahabatan yang menguatkan membuat dunia terasa lebih ringan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline