Lihat ke Halaman Asli

Nasi Tumpeng (Khas dan Paling) Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bicara tentang 'Nasi Tumpeng', ingatan kita langsung tertuju pada makanan khas tradisional di kalangan rakyat berbentuk kerucut atau gunungan, berwarna kuning atau putih, yang selalu ada dan menandai setiap acara kenduri/syukuran, peringatan HUT Kemerdekaan RI dari tingkat nasional sampai RT/RW, HUT instansi/organisasi kemasyarakatan/partai politik bahkan pada acara selamatan keluarga . [caption id="attachment_108806" align="aligncenter" width="300" caption="Dubes RI u Ethiopia Noorsari Sudarman memotong tumpeng pada HUT Kemerdekaan RI ke-64 17 Agustus 2009, di KBRI Addis Ababa (Dok. KBRI Addis Ababa)"][/caption] Nasi tumpeng bahkan menjadi roh dari penyelenggaraan sebuah acara. Puncak acara selalu ditandai dengan pemotongan tumpeng, yang dilakukan oleh pimpinan/tetua/sesepuh atau tokoh masyarakat dan selanjutnya menyerahkan potongan tumpeng tersebut kepada seseorang yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara acara. Meskipun 'Nasi Tumpeng' awalnya merupakan tradisi di kalangan rakyat di Pulau Jawa, namun kini sudah menjadi sajian wajib nyaris di hampir seluruh pelosok nusantara bahkan di semua perwakilan RI di mancanegara. Tak jarang pula, penyelenggaraan sebuah acara disebut dengan tumpengan, yang berarti bahwa dalam acara tersebut pasti disajikan nasi tumpeng. Berdasarkan sejarah dan tradisi, falsafah tumpeng berhubungan dengan kondisi geografis Indonesia, terutama Pulau Jawa yang dipenuhi gunung berapi. Masuknya agama Hindu juga mempengaruhi bentuk tumpeng yang dibuat menyerupai kerucut, meniru bentuk gunung suci Mahameru. [caption id="attachment_108811" align="aligncenter" width="300" caption="Pangdam Jaya (ketika itu) Mayjen TNI AM Hendropriyono dan Walikota Jakarta Pusat (ketika itu) Abdul Kahfi, masing-masing pertama dan kedua dari kiri, dalam suatu acara tumpengan. (Dokumentasi Pribadi)"][/caption] Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tumpeng dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa yang sekaligus dianggap sebagai pesan leluhur, mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi selametan masyarakat Islam tradisional Jawa, penyajian tumpeng didahului dengan pengajian kitab suci Al-Qur'an. Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa, yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Umumnya lauk pauk tumpeng, terdiri atas, perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar, timun dan daun seledri. Biasanya juga ditambahkan variasi, tempe kering, serundeng, ikan asin atau lele goreng. Beberapa jenis tumpeng yang dikenal di masyarakat, Robyong untuk acara siraman dalam perkawinan adat Jawa, Nujuh Bulan, Pungkur untuk kematian seorang pria dan wanita yang masih berstatus layang, Putih untuk menggambarkan kesucian dalam adat Jawa yang disajikan pada acara sakral, Nasi Kuning untuk acara-acara gembira seperti, kelahiran, pernikahan, tunangan, dsb, Nasi Uduk untuk acara tasyakuran dan juga acara Maulid Nabi serta Seremonial/Modifikasi. Begitu merakyatnya 'Nasi Tumpeng' maka pada setiap acara peringatan HUT Kemerdekaan RI di beberapa daerah di Pulau Jawa dan luar Jawa, secara rutin diadakan Lomba Merias Tumpeng. Dari berbagai sumber, acara tumpengan juga dilaksanakan untuk agenda khusus, misalnya, kelompok wartawan di salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yang menggelar tumpengan dengan maksud untuk memanjatkan doa dan harapan agar upah dan jaminan kesehatan buat mereka mendapat perhatian dari pimpinan/pengelola media tempat bekerja masing-masing. Sementara, unsur petugas polisi lalulintas, asuransi dan lapisan masyarakat di daerah yang jalur jalannya sering terjadi kecelakan lalulintas, menyelenggarakan tumpengan, sebagai wujud doa dan harapan agar daerah mereka terbebas dari insiden kecelakan yang memakan korban. Demikian juga, kalangan perkeretaapian yang secara berkala menggelar tumpengan, pun dengan maksud memanjatkan doa kehadirat Yang Maha Kuasa, kiranya tidak terjadi lagi musibah kecelakaan kereta. Di mancanegara, nasi tumpeng dikenal lewat acara tumpengan yang diselenggarakan oleh KBRI. Misalnya yang diadakan oleh KBRI Berlin, tumpengan nasi kuning menandai berbagai mata acara lainnya seperti, angklung, gamelan, pencak silat, tari-tarian, band serta fashion show batik/lurik. KBRI Tashkent, Uzbekistan, juga tak mau ketinggalan menyajikan nasi tumpeng yang disiapkan secara khusus oleh juru masak KBRI setempat dan disajikan di Centre Point Indonesian Food Corner, Tashkent. Karena sudah cukup dikenal, peluang bisnis pesanan nasi tumpeng pun tak disia-siakan oleh sejumlah pengusaha katering. Cara pemesanannya pun tergolong sangat mudah, tinggal meng-klik website perusahaan yang dengan mudah banyak ditemui di internet, setiap orangkeluarga/instansi dapat memesan jenis tumpeng yang diinginkan lengkap dengan porsi dan variasinya. Harganya bergantung ukuran, mulai dari Rp 450.000 untuk 20 orang hingga Rp 1.000.000 untuk 50 orang. Ada juga yang menetapkan harga untuk ukuran besar Rp 800.000 dan ukuran kecil Rp 650.000 Sekadar usul yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan, pada setiap nasi tumpeng di ujung kerucutnya dipasang bendera merah putih dan di sisi lingkaran tampah yang menjadi wadah nasi tumpeng dihiasi bendera/simbol dari penyelenggara acara tumpengan, misalnya @telkomsel dengan bendera dan simbolnya. [caption id="attachment_108804" align="aligncenter" width="300" caption="tumpeng nasi kuning (file Google)"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline