Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Regenerasi Petani Muda Indonesia

Diperbarui: 14 Januari 2023   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.istimewa

Indonesia dikenal sebagai negara agrasis karena banyaknya penduduk yang berprofesi sebagai petani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Sensus Pertanian tahun 2013, terdapat 31,70 juta orang yang menjadi petani dengan distribusi sebanyak 77% berjenis kelamin laki-laki dan 23% adalah perempuan. 

Lebih dari separuh petani tersebut berusia di atas 45 tahun. Selain itu jika dilihat dari data pada tahun 2011, sebesar 29,18% pemuda Indonesia bekerja pada sektor pertanian dan mengalami penurunan menjadi 18,01% pada tahun 2022. 

Sebaliknya, pada tahun 2022 pemuda Indonesia lebih banyak bekerja di sektor Jasa (56,82%) diikuti dengan sektor manufaktur (25,16%).

Fenomena ini dipengaruhi oleh multifaktor diantaranya adalah pendidikan, disparitas penghasilan, jumlah lahan, risiko pekerjaan dan penggunaan teknologi. 

Pemuda dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah lebih terkonsentrasi di sektor Pertanian (56,85%) dan pemuda yang tamat Perguruan Tinggi lebih memilih untuk bekerja di sektor Jasa dibandingkan dengan sektor pertanian yang hanya 3,20%.  

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pendidikan petani masih di dominasi tingkat pendidikan SD dan SMP.  Tingkat pendidikan petani yang belum pernah sekolah sekitar 9,65%, belum Lulus SD 26,54%, lulusan SLTP 16,22%, lulusan SLTA 8,54% dan lulusan Perguruan Tinggi dan Diploma dan Sarjana 0,57%.

Pemuda Indonesia juga cenderung meninggalkan sektor pertanian karena disparitas penghasilan. Penghasilan yang didapatkan dari pekerjaan di sektor jasa dan manufaktur lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian hal ini juga berkaitan dengan jumlah lahan dan risiko pekerjaannya. 

Menurut data BPS pada tahun 2021, upah buruh di sektor pertanian adalah sekitar 1,97 juta per bulan yang menempati terendah ketiga dari 17 sektor yang ada. 

Untuk memulai menjadi petani, pemuda harus memiliki lahan yang cukup untuk mendapatkan hasil yang memadai, saat ini harga lahan cenderung meningkat dan telah dialihfungsikan ke banyak sektor non pertanian. Luas lahan baku sawah nasional adalah 8,07 juta hektar pada 2009 dan menyusut menjadi 7,46 juta hektar pada 2019. 

Hal lain juga yang membuat pemuda Indonesia enggan menjadi petani adalah risikonya. Hasil pertanian sangat bergantung terhadap cuaca, kondisi tanah, pupuk, hama dan suhu yang beberapa diantaranya sulit untuk dikendalikan dan meningkatkan risiko kegagalan panen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline