Pelan-pelan awan membuka tabir cahaya pagi itu
dan perlahan matahari mulai naik melewati batas cakrawala
persis seorang bintang panggung bercahaya terang penuh pesona
sedang aku seperti seorang penonton yang menantikannya dengan hati bergetar
pagi itu dingin masih memeluk manja sepotong rangka dan daging yang berbalut kulit
ini indah, sangat indah bahkan ketika dinikmati sendiri dalam sepi
dan syukur perlahan menyusup kedalam hati
menggaung tanpa kata yang berani loncat dari bibir penuh dosa
Tuhan memang tidak pernah salah menitipkan ku di rahim perempuan negeri ini
negeri yang di berkahi, yang kalau boleh memilih
biar saja tak usah mencicipi syurga