Lihat ke Halaman Asli

Nurmahmudi Berani Nyebrang Gak Ya?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supaya fair, orang Depok harus mengucapkan terima kasih pada walikota Depok, Nurmahmudi Ismail dengan proyek betonisasi yang cukup berhasil. Yang terakhir saya melihat  jalan raya cinere dan cipayung-citayam cukup membantu sekali bagi kelancaran para pengendara. Keberhasilan Nurmahmudi yang paling terlihat  nyata adalah pelebaran jalan Margonda Raya, jantungnya kota Depok.

Tapi entah dipikiran apa gak, ketika jalan Margonda dilebarin sekitar setaun yang lalu, pemkot Depok gak bikin jembatan penyebarangan. Yang ada cuma deket terminal Depok yang udah pada karatan dan jembatan yang menghubungkan Detos dan Margo City yang sangat sempit.

Saya merasa bahwa ini sangat berbahaya sekali ketika lalu lintas padat di pagi hari. Saya kadang sebagai pengendara motor dan kadang sebagai penyebrang jalan. Kedua-duanya bikin saya was-was. Sebagai pengendara motor gak mungkin di jalan yang lebar kaya gitu kita pelan sendirian, pasti kanan, kiri, belakang pada klakson kenceng-kenceng. Begitu juga kalau kita sebagai penyebrang jalan, pasti nunggu lalu lintas sedikit sepi, tapi kapan sepinya antara jam 7 sampai jam 9 pagi? Yang ada kita harus nunggu orang banyak buat nyebrang bareng.

Idealnya jembatan penyebrangan itu setiap 50 meter. Kalau kita hitung dari perempatan Juanda. Sebelum Detos itu satu, setelah Detos belakang Stasiun Pondok Cina yang menghubungkan ke Gramedia satu, Gang kapuk yang menuju universitas Gunadarma satu, gang kober yang menuju kampus UI satu dan satu lagi pas gang yang menuju stasiun kereta api UI. Terakhir saya melihat pemkot Depok malah bikin polisi tidur deket gang kober, persis kayak jalanan di kampung atau komplek, padahal ini jalan utama.

Para pengendara motor dan mobil seperti gak peduli ketika ada orang di pinggir jalan  mau nyebrang. Mereka tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Saya pernah lihat orang tua mau nyebrang sendirian ke arah Pesona Kahyangan, gak ada yang peduli (waktu itu saya naik angkot). Saya juga pernah ngebatalin belanja di Gramedia karena waktu saya habis nunggu lalu lintas dari arah belakang Pondok Cina ke arah Gramedia sedikit sepi, padahal udah jam 10.

Coba kalau Nurmahmudi nyebrang jalan Margonda pagi-pagi antara jam 7 sampai jam 9, berani gak yak? Kalau gak berani segera bikin jembatan penyebarangan yang layak. Satu-satunya jembatan penyebarangan yang menghubngkan Detos dan Margo sangat sempit sekali, kalau hari Sabtu dan Minggu orang harus antri. Bagaimana ini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline