Lihat ke Halaman Asli

Hadiid Sairun

Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang, Program studi Ekonomi Pembangunan

Strategi UMKM Pada Masa Pandemi

Diperbarui: 22 Januari 2022   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Strategi UMKM Pada Masa Pandemi

Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau biasa disebut dengan UMKM adalah sebuah usaha produktif yang dimiliki oleh perseorangan ataupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Pada saat ini di Indonesia, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dinilai sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) Nasional memiliki peran penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung UMKM agar mampu bertahan, berkembang, dan bertumbuh di tengah tantangan pandemi dan transformasi melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkata “Alokasi anggaran yang disediakan untuk klaster Dukungan UMKM adalah sebesar Rp95,87 triliun,” dalam rilisnya, Minggu (26/09). Kemudian, Menurut survei Badan Pusat Statistik tahun 2020, sekitar 69,02 persen UMKM mengalami kesulitan permodalan di saat pandemi Covid-19. Sementara, menurut Laporan Pengaduan ke KemenkopUKM per Oktober 2020, sebanyak 39,22 persen UMKM mengalami kendala sulitnya permodalan selama pandemi Covid-19.

Dari data tersebut dapat menunjukkan bahwa bantuan permodalan menjadi bagian yang sangat penting bagi UMKM. Maka dari itu, Bantuan dan dukungan dari sisi permodalan diberikan oleh pemerintah kepada UMKM melalui program restrukturisasi kredit. Tercatat terdapat lebih dari 3,59 juta UMKM sudah memfaatkan program ini dengan nilai sebesar Rp 285,17 triliun, per tanggal 31 Juli 2021.

Menteri Koperasi dan UKM yakni Teten Masduki, menjelaskan UMKM selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Setidaknya terdapat lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi 97 persen terhadap total tenaga kerja dan 60 persen PDB nasional. Jumlah ini menunjukan peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Oleh sebab itu dikhawatirkan akan berdampak besar bagi perekonomian nasional jika separuh UMKM gulung tikar.

"Berdasarkan data APEC tahun 2018 jumlah UMKM mencapai 97 persen dari total keseluruhan usaha dan berkontribusi 50 persen terhadap tenaga kerja. UMKM juga berkontribusi signifikan GDP mencapai 20 persen - 50 persen," kata Teten Masduki saat menjadi keynote speaker dalam webinar dengan tema Menyiapkan Produk - Produk Indonesia Mendunia yang diselenggarakan oleh PT Jababeka Tbk, Kamis (8/10/2020). Teten Masduki juga menambahkan, sektor UMKM masih memiliki harapan dan peluang untuk meningkatkan skala bisnisnya meski penuh dengan tantangan. Apabila pelaku UMKM mau melakukan inovasi produk dan mendesainnya dengan sentuhan teknologi, maka peluang untuk meningkatkan ekspor masih terbuka lebar

Menurutnya, ada tiga sektor yang memiliki peluang besar bagi UMKM untuk dapat meningkatkan ekspornya di tengah pandemi seperti saat ini yaitu produk fashion serta furniture, makanan dan minuman, dan kerajinan.

"Memang kontribusi ekspor UMKM hanya mencapai 14 persen sementara usaha besar yang jumlahnya hanya 0,01 persen dapat berkontribusi hingga 86 persen. Angka ini masih jauh dari kontribusi UKM di negara – negara APEC yang berkisar 35 persen," sambungnya.

Untuk menunjang agar UMKM tetap bisa bertahan di tengah pandemi ini, tentu pelaku UMKM harus memiliki strategi, yakni

1. Adaptasi Menuju Ekosistem Digital

Pada tahun 2022, Indonesia secara resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) yang dimulai dari 1 Desember 2021 hingga diselenggarakannya KTT G20 pada November 2022. Transformasi Ekonomi dan Digital adalah salah satu topik utama yang di angkat dalam Presidensi G20 Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline