Lihat ke Halaman Asli

Hadian Mukhlisha Irfani

BIM and CPM Designer (Mahasiswa Magister Teknik Sipil UII Yogyakarta)

Membongkar Mitos "Swakelola" dalam Manajemen Konstruksi!

Diperbarui: 16 November 2024   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Gen_AI

Oleh. Hadian M. Irfani

Seiring dengan lanskap pembangunan yang terus berkembang di Indonesia, proyek swakelola kini menjadi salah satu pilihan populer bagi masyarakat, terutama dalam pembangunan infrastruktur lokal. Proyek ini merujuk pada metode pelaksanaan di mana komunitas secara langsung mengendalikan dan mengelola proses konstruksi tanpa keterlibatan kontraktor eksternal. Namun, meskipun menawarkan fleksibilitas dan kemandirian, proyek swakelola sering kali diselimuti oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman.

Salah satu mitos umum yang kerap muncul adalah bahwa proyek swakelola selalu lebih murah dibandingkan dengan proyek yang diselenggarakan oleh kontraktor profesional. Padahal, biaya aktual sangat bergantung pada pemahaman manajerial dan keterampilan teknis dari tim yang terlibat. Tanpa perencanaan yang matang dan manajemen yang baik, biaya tak terduga dapat melonjak.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami peran dasar manajemen konstruksi. Manajemen konstruksi melibatkan perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian proyek sejak awal hingga penyelesaian. Dalam kerangka proyek swakelola, fungsi-fungsi ini harus diintegrasikan oleh tim internal yang sering kali memiliki sumber daya terbatas.

Proyek swakelola, di dalam hukum Indonesia, beroperasi di bawah pengawasan regulasi seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017. Undang-undang ini menekankan pada pentingnya standar keselamatan dan teknis yang harus diikuti oleh semua proyek konstruksi.

Sayangnya, dalam praktek, banyak proyek swakelola yang kurang mentaati regulasi ini, sebagian karena kurangnya pemahaman tentang persyaratan hukum. Penting bagi pelaku swakelola untuk terus memperbarui pengetahuan mengenai peraturan agar proyek berjalan tanpa hambatan hukum.

Tentu, Economic Survey Indonesia menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proyek swakelola dapat mendorong peningkatan ekonomi lokal, dengan menciptakan pekerjaan dan memberikan pelatihan kepada penduduk setempat. Ini adalah salah satu keuntungan nyata yang bisa dioptimalkan.

Namun, sumber daya manusia dan material yang terbatas sering menjadi kendala utama dalam proyek swakelola. Kurangnya pekerja yang terlatih dan bahan bangunan yang tidak sesuai standar bisa mengurangi kualitas bangunan secara signifikan.

Mitos lainnya adalah bahwa proyek swakelola tidak memerlukan perencanaan yang rumit. Faktanya, tanpa perencanaan dan desain yang detail, risiko konstruksi seperti waktu penyelesaian yang tertunda dan kualitas bangunan yang buruk sangat mungkin terjadi.

Alur kerja dalam proyek swakelola haruslah didesain dengan sangat hati-hati. Penjadwalan yang cermat, alokasi tugas yang tepat, dan koordinasi antaranggota tim adalah elemen kunci yang harus diperhatikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline