Oleh Hadian M. Irfani
Value Engineering (VE), juga dikenal sebagai Rekayasa Nilai, memiliki sejarah panjang yang telah membawa banyak perubahan signifikan dalam industri konstruksi. Dari awal mula di era Perang Dunia II hingga implementasinya dalam berbagai proyek modern, VE telah menjadi salah satu metode utama dalam memastikan efisiensi biaya dan kualitas dalam proyek konstruksi. Dalam konteks industri konstruksi di Indonesia, konsep VE juga mulai mendapatkan perhatian yang lebih besar seiring dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur yang masif.
Pada masa Perang Dunia II, General Electric (GE) dipaksa untuk melakukan substitusi material akibat kelangkaan bahan baku dan tenaga kerja. Kondisi ini mendorong pengembangan awal metode VE, saat mereka mencari cara untuk tetap memproduksi barang dengan kualitas yang sama atau lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Krisis ini menjadi katalis bagi berkembangnya konsep VE.
Tahun 1947 menjadi tonggak penting ketika Lawrence D. Miles dari GE mengembangkan cara analisis nilai sebagai metode penghematan biaya. Metodologi ini kemudian berkembang menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai Value Engineering. Miles berpendapat bahwa dengan cara yang sistematis dan analitis, setiap proyek dapat diarahkan untuk menggunakan sumber daya yang lebih optimal.
Pada tahun 1952, Miles mengadakan seminar pertamanya tentang VE. Seminar ini terfokus pada bagaimana konsep VE dapat diterapkan dalam berbagai industri, termasuk konstruksi, untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Seminar ini menjadi awal penyebaran luas ide-ide VE ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pada tahun 1954, US Navy Bureau of Ships mulai menerapkan VE untuk menghindari biaya tinggi dalam proses desain. Mereka melihat VE sebagai solusi untuk mencapai efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas. Langkah ini memperkuat validitas VE sebagai metode yang efektif dalam kontrol biaya dan peningkatan nilai proyek.
Pada 1956, penerapan VE oleh Watervliet Arsenal meneguhkan manfaat besar VE dalam industri pertahanan, yang kemudian mendorong penerapannya ke sektor sipil. Dari sini, VE mulai berkembang pesat dan mulai menjadi standar dalam pengelolaan proyek besar, termasuk di sektor konstruksi.
Tahun 1958, berdirilah Society of American Value Engineers (SAVE) di Washington DC. SAVE menjadi wadah bagi para profesional yang ingin mendalami dan mengembangkan VE. SAVE juga berperan dalam penyebaran metode VE ke seluruh dunia, termasuk memberikan pelatihan dan sertifikasi.
Pada tahun 1960-an, Charles Bytheway memperkenalkan FAST (Function Analysis System Technique) Diagram sebagai alat analisis VE yang memberikan cara visual untuk memahami dan menganalisis fungsi-fungsi dalam sebuah proyek. Alat ini menjadi sangat populer di kalangan praktisi VE.