Lihat ke Halaman Asli

Upeti dari Koloni ... Permintaan Maaf Belanda kepada Bangsa Indonesia, tidak sepenuh hati ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1386380406212719070

[caption id="attachment_296902" align="aligncenter" width="992" caption="Menonjolkan Simbol Kolonialisme dan Perbudakan"][/caption]

Kami sebagai warga negara Indonesia sangat mengapresiasi langkah maju yang telah dicapai saat ini antara pemerintah Indonesia dengan pemerintahan Belanda dalam kerangka hubungan diplomatik, ekonomi, sosial budaya dan berbagai bidang lainnya antara kedua negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perjalanan historis masa lalu kedua negara yang sangat berkaitan erat. MenurutPM Belanda MARK RUTTE, pada suatu kesempatan dikatakan bahwa 1 dari 10 orang Belanda adalah berasal dari Indonesia, bahkan beliau sendiri mengaku orang tuanya berasal dari Indonesia. Semoga momentum ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk tercapainya suatu kerjasama kedua negara yang saling menguntungkan menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat luas.

Hal lainnya yang kami juga sangat appresiasi, yaitu Pernyataan dan Penyampaian Maaf Pemerintah Belanda kepada Indonesia terhadap “Peristiwa Rawa Gede” dan “Peristiwa Korban 40 ribu Jiwa”, yang juga telah ditindaklanjuti dengan pemberian ganti rugi kepada keluarga korban, dan untuk Korban 40 ribu jiwa di sulawesi selatan saat ini dalam proses untuk mendapatkan ganti rugi.Sehingga diharapkan semakin tercipta suatu hubungan yang baik, serta saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Namun satu hal yang masih menjadi ganjalan bagi kami sebagai warga negara Indonesia terhadap pemerintah Belanda, yaitu pemerintah Belanda sampai saat ini masih mempertahankan dan menonjolkan simbol-simbol masa lalu yang menggambarkan kecenderungan kepada paham Kolonialisme dan Perbudakan, yang seharusnya sudah harus dihapuskan atau dimuseumkandan hanya menjadi bagian sejarah masa lalu. Dan yang kami maksud disini adalah “Kereta Emas Ratu” pada panel terdapat gambar (karya seni) dengan judul “Upeti dari Koloni”.Kalau pemerintah Belanda telah menyadari kesalahan masa lalu dan telah menyampaikan permintaan maaf secara resmi kepada pemerintah dan warga negara Indonesia, seharusnya simbol-simbol yang terkait dengan Kolonialisme dan Perbudakan segera dihapus dan dilenyapkan.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dan sehubungan dengan rencana kedatangan PM Belanda ke Indonesia dalam rangka menjalin kerjasama ekonomi dengan Indonesia, maka kami meminta dengan sungguh-sungguh agar panel yang menggambarkan Kolonialisme dan Perbudakan pada Kereta Emas Ratu segera dihilangkan. Hal ini sangat serius, karena dalam kerjasama ekonomi prinsip yang harus dijunjung tinggi adalah saling memberdayakan, saling menghormati dan tentunya saling menguntungkan. Bukan hubungan antara Tuan dan Budak, Majikan dan Bawahan atau Penjajah dan yang dijajah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline