Lihat ke Halaman Asli

Olimpiade dan Kehebatan Manusia

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Melihat Olimpiade yang sedang diadakan, pasti menimbulkan kekaguman. Maraknya kehebatan manusia yang berlomba menampilkan kemampuan terbaiknya membuat kita berpikir, manusia memang hampir bisa berbuat apa saja.

Lihat saja, bagaimana mungkin manusia bisa begitu cepat berlari, berenang, sampai lompat indah (betul-betul indah), melipat tubuh di cabang senam, menahan beban (mumpung masih banyak di siarkan di TVRI, cobalah untuk ditonton lebih banyak), dan terus mencoba jadi lebih cepat, lebih kuat. Hebatnya pencapaian ini senantiasa terbaharukan rekornya. Seakan memang batas akhir itu tidak ada, yang ada hanya selalu lebih baik.

Penyelenggaraan Olimpiade kali ini di London juga mengumandangkan prestasi menganggumkan dari manusia. Mengingatkan kita tentang Inggris yang memulai revolusi Industri pada abad ke-18, dan mengawali banyak sekali perkembangan teknologi manusia. Penemuan dan penemuan manusia di seluruh penjuru dunia juga seakan berlomba tiada henti, dan lagi-lagi seperti tidak ada batas akhir, yang ada hanya selalu lebih baik.

Sudah agak lama bisa kita dengar dan semakin dimaklumi, manusia percaya bahwa memang tidak ada batas untuk pencapaian mereka. Apapun bisa dicapai, asal kamu mempercayainya. Hal ini menegaskan supremasi manusia untuk terus melaju dari jaman ke jaman dengan kemampuannya.

Misalnya kalau kita bayangkan, peserta Olimpiade seratus tahun lalu (Olimpiade mulai menjadi ajang pertandingan modern mulai 1896, tapi sudah dimulai oleh bangsa-bangsa kuno pada bahkan lebih dari dua ribu tahun lalu) pasti tidak menyangka kalau rekor mereka berkali-kali dipatahkan. Pencatatan waktu terus diperbaharu, kelincahan dan kekuatan terus melampuai batas yang dulu dianggap mustahil. Bukan itu saja, setiap kali acara pembukaan Olimpiade sekarang menjadi ajang pertunjukkan kehebatan sebuah bangsa. Peserta Olimpiade sekarang (juga di seluruh dunia) bakal melihat indahnya pertunjukkan disertai lampu-lampu dan teknik yang spektakuler.

Seratus tahun lalu, peserta Olimpiade juga tidak membayangkan mereka bisa berkomunikasi dengan mudah dengan kekasihnya yang tidak bisa ikut menemani mereka pergi bertanding. Mereka juga tidak dapat membayangkan keahlian mereka tidak akan terbatas hanya disaksikan oleh beberapa ribu orang di gelanggang, tapi di seluruh dunia. Manusia terus berkembang. Sepertinya memang tidak ada yang bisa menghalangi mereka mengembangkan kemampuan dan ilmu pengetahuan.

Kalau memang kita sebagai ras mahluk hidup yang unggul di bumi, bisa melakukan apa saja dan belum menemukan apa yang menjadi batas akhir pencapaian tersebut, kira-kira apa yang dapat kita lakukan? Ada cerita kalau dulu manusia yang tinggal di bawah langit menggunakan bahasa yang sama. Manusia-manusia itu merencanakan untuk membuat batu bata yang baik untuk membangun kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit. Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah yang manusia lakukan itu berkenan di hadapan Tuhan?

Manusia yang menciptakan listrik, penerangan, industri penerbangan, pengolahan makanan, menemukan cara pengrusakan yang tidak kalah hebatnya dari penunjang kehidupan itu. Manusia menemukan cara untuk mengeleminasi manusia lain yang dianggap tidak sesuai di pandangan matanya. Kehebatan untuk kemajuan dengan mudah digunakan sebagai pembawa maut.

Mengenai hal ini tentu tidak perlu kita berpikir lebih jauh. Pemberian hadiah Nobel dimulai ketika Alfred Nobel yang menemukan dinamit untuk membantu kehidupan manusia, menulis dalam wasiatnya setelah mengetahui hasil ciptaan dan kerja kerasnya lebih digunakan untuk menghancurkan. Karena ingin baktinya bagi kebaikan hidup manusia diteruskan, maka hadiah Nobel diberikan bagi orang-orang yang dengan usaha keras mendedikasikan diri untuk melakukan terobosan dan perjuangan bagi peningkatan hidup manusia menjadi lebih baik.

Sayangnya memang manusia harus lebih berusaha untuk melakukan kebaikan. Berlatih dan mendisiplinkan dirinya untuk melakukan hal yang baik. Seperti para atlet yang harus memaksakan diri melatih tubuhnya, meningkatkan kedisiplianan untuk membuat tubuhnya mampu menaklukkan tantangan pertandingan, manusia memang perlu melatih dan membiasakan diri menjadi manusia yang baik dan lebih peduli pada sesama.

Kalau memang pencapaian saat ini belum menyentuh tahap akhir (atau bisa kita bilang nanti berakhir ketika kiamat), kira-kira apa yang akan terus manusia usahakan? Menggunakan kekuatan dan kemampuan dalam perselisihan yang berlanjut pada perang kecil, yang akhirnya memicu perang besar seperti misalnya perang dunia lagi? Berpikir keras untuk lebih mudah membenci dan menghabisi sesama? Atau melakukan apa yang baik bagi sesama. Melakukan apa yang Tuhan mau untuk manusia lakukan.

Pertandingan Olimpiade sangat menarik untuk dilihat. Keindahan dan kekuatan yang menyatu, manusia memang luar biasa. Semoga kekuatan ini bisa selalu kita gunakan untuk hal yang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline