Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Benarkah Indonesia Kalah Strategi di Final Piala Thomas 2024?

Diperbarui: 6 Mei 2024   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di Piala Thomas 2024/Foto: Kompas.Id

Nasi yang sudah menjadi bubur tidak akan bisa berubah lagi menjadi nasi. Cukup dinikmati saja.

Bahwa, namanya penyesalan memang selalu muncul di belakang. Bila muncul di depan, itu namanya pendaftaran.

Begitu pula dengan hasil yang diraih Indonesia di final Piala Thomas 2024 Minggu (5/5) tadi malam, tidak perlu terlalu disesali. Cukup dijadikan pelajaran untuk ke depannya.

Di final Piala Thomas 2024 tadi malam, tim bulutangkis putra Indonesia belum mampu membawa pulang Piala Thomas kembali ke tanah air. Di final yang berlangsung di Chengdu China, Tim Thomas Indonesia kalah 1-3 dari tuan rumah China.

Ini merupakan kekalahan beruntun di final bagi tim Thomas Indonesia. Dua tahun lalu, Indonesia yang berstatus juara bertahan, kalah dari India di final Piala Thomas 2022 di Thailand.

Lalu, apa yang bisa dijadikan pelajaran dari kekalahan di final tadi malam?

Sebagai pecinta bulutangkis, saya tidak menganggap tim Thomas Indonesia kalah kelas dari tim putra China.

Sebab, secara komposisi pemain, tim Indonesia dan China nyaris setara dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Namun, saya lebih menyoroti soal pemilihan strategi yang berdampak pada hasil akhir. Utamanya berkaitan dengan line up pemain yang dimainkan di final.

Kita tahu, dalam satu pertandingan di Piala Thomas, ada lima game yang dimainkan. Yakni tiga game sektor tunggal dan dua game sektor ganda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline