Keberhasilan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto menembus final turnamen Swiss Open 2022, memiliki banyak makna.
Fajar dan Rian memberi pesan jelas kepada badminton lovers di Indonesia dan juga PBSI, bahwa mereka masih ada.
Mereka membuktikan masih salah satu ganda putra terbaik yang dimiliki Indonesia ketika sebagian orang menganggap mereka mentok dan sulit berkembang.
Dalam dua tahun terakhir, pamor pasangan yang sudah bisa dianggap senior ini memang sempat tenggelam karena penampilan angin-anginan. Apalagi, regenerasi ganda putra di pelatnas berjalan sukses.
Nama mereka kalah pamor oleh melejitnya para juniornya.
Sebut saja pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan yang mencuri perhatian dunia sejak tahun lalu. Dan tahun ini, Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana tampil sebagai juara All England 2022.
Fajar dan Rian ibarat pegawai kantoran yang karena potensinya, sempat dianggap sebagai calon leader.
Namun, seiring waktu, keduanya lantas terlupakan oleh kehadiran pegawai baru yang berusia lebih muda, segar, dan memiliki potensi unggul.
Fajar/Rian pernah menjadi salah satu dari tiga ganda putra terbaik di Indonesia
Ya, sekira empat atau lima tahun lalu, nama Fajar Alfian (27 tahun) dan Rian Ardianto (26 tahun) sempat tenar di Pelatnas PBSI.