BAGAIMANA rasanya ketika baru tiba di rumah tapi harus bersegera menggali kubur?
Menggali tempat peristirahatan terakhir untuk binatang kesayangan yang mendadak 'pergi tak pernah kembali'.
Situasi itu yang saya rasakan tadi malam. Ketika salah satu kucing piaraan di rumah, ditemukan meninggal di halaman. Jasadnya tersembunyi di antara pot-pot bunga. Badannya sudah kaku.
Entah kenapa. Kami hanya bisa menduga. Mungkin ditabrak orang, tapi kok nggak ada tanda lukanya. Mungkin juga keracunan. Semisal ada orang nggak sengaja menghidangkan makanan beracun untuk tikus, malah dia yang makan. Mungkin juga...
Yang jelas, dia harus segera dikubur. Agar baunya yang mulai menyengat tidak semakin menyengat. Karenanya, setelah berganti baju, saya langsung mengambil peralatan mengubur. Linggis dan cangkul.
Sebenarnya, itu bukan pengalaman pertama bagi saya menggali kubur untuk kucing. Dalam beberapa tahun terakhir, mungkin sudah empat lima kali saya mengubur kucing.
Beberapa kucing yang pernah tinggal di rumah (meskipun tidak sejak kecil), mendadak 'pergi tanpa pesan'. Tahu-tahu tak bernyawa. Macam-macam kejadian kematiannya.
Beberapa tahun lalu, malah pernah, ada kucing mati ditaruh begitu saja di tanah kosong seberang rumah. Karena baunya menyengat, saya lantas menguburkannya.
Entah siapa yang melakukan itu. Sungguh tega. Memperlakukan kucing mati bak membuang tisu bekas pakai di tempat sampah. Apa susahnya menguburkan binatang yang sudah mati.
Kehilangan hewan piaraan bikin baper
Tadi malam, meski bukan pertama kalinya menguburkan kucing, tapi perasaan itu masih sama seperti ketika pertama atau kedua menguburkannya. Sedih. Terbawa perasaan. Baper. Masih sama.