Mulai hari ini, Selasa (12/1), turnamen bulutangkis BWF Yonex Thailand Open Super 1000 akan digelar di Bangkok. Turnamen yang menjadi penanda bulutangkis kembali terbangun usai 'tidur panjang' akibat pandami ini akan berlangsung hingga 17 Januari. Sepekan.
Namanya baru kembali memulai, terlebih ketika situasi pandemi masih belum lenyap, gelaran Thailand Open kali ini tidak sama dengan turnamen yang sudah-sudah.
Perbedaan paling mencolok ada pada pesertanya. Meski levelnya 1000 yang merupakan grade tertinggi dalam turnamen BWF World Tour, tetapi Yonex Thailand Open tidak akan diikuti oleh pemain-pemain asal China dan Jepang.
Pekan lalu, Jepang batal mengirimkan pemain-pemainnya ke kejuaraan ini. Jepang membatalkan tampil setelah tunggal putra ranking dunia mereka, Kento Momoto diketahui positif Covid-19.
Kabar itu lantas direspons federasi bulutangkis Jepang dengan membatalkan keberangkatan semua pemain nasionalnya ke Thailand.
Sebelumnya, pada akhir Desember lalu, tim China lebih dulu memastikan pemain-pemainnya tidak akan tampil di turnamen di Thailand tersebut.
Terkait mundurnya China dan Jepang dari Thailand Open serta dampaknya bagi pemain-pemain Indonesia, sebelumnya sudah saya tulis di tulisan "Bulutangkis Bangun dari "Hibernasi", Indonesia Bisa Memanen Gelar di Thailand".
Ketat sejak di bandara, pemain dan pelatih wajib jalani 8 kali tes usap
Selain bakal tidak tampilnya pemain-pemain China dan Jepang, para peserta yang tampil di Thailand Open juga harus melakoni serangkaian prosedur ketat. Bahkan sangat ketat.
Ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan demi memastikan turnamen ini aman dari paparan Covid-19. Bahkan, prosedur ketat itu sudah harus diterima pemain-pemain, termasuk dari Indonesia saat kali pertama tiba di bandara di Bangkok pada pekan lalu.
Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Imam Pierngadi kepada awak media mengisahkan perihal perlakuan staf di bandara dalam menangani koper-koper yang dibawa para pemain.