Jurnalis alias wartawan menjadi salah satu profesi yang rentan terpapar Covid-19. Silahkan mencari kebenaran kabar itu di mesin pencari Google. Sampean (Anda) akan menemukan ada banyak tautan berita yang mengabarkan wartawan rentan terpapar Covid-19 saat melakukan pekerjaannya.
Tugas yang mengharuskan mereka turun ke lapangan untuk melihat situasi sebenarnya dari dekat, bertemu banyak orang, lalu melakukan wawancara dengan berbagai narasumber dari beragam latar belakang, menjadi pemicunya.
Melansir dari Kompas.com. dalam diskusi yang digelar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di BNPB, Senin (31/8/2020), Kepala Bidang Kerja Sama dan Multimedia Direktorat Program dan Produksi LPP RRI Johanes Eko Prayitno menyebut reporter adalah kelompok yang rentan terhadap Covid-19 karena mobilitasnya tinggi.
Dia menyampaikan gambaran, ketika ada banyak instansi yang menerapkan work from home (WFH), RRI lebih memilih memberikan perlindungan kesehatan kepada para reporternya. Perlindungan itu antara lain dengan memfasilitasi masker, suplemen kesehatan, dan tes Covid-19.
"Ketika ada kebijakan WFH, RRI tidak melakukannya karena kebijakannya operasional, studio harus tetap jalan, siaran," ujar Johanes seperti dikutip dari https://nasional.kompas.com/read/2020/09/01/09065241/cerita-perusahaan-media-yang-tak-bisa-wfh-dan-curhat-wartawan-di-tengah?page=1.
Perusahaan media terseok, pekerja media jadi korban
Kabar terbaru, profesi wartawan ternyata tidak hanya rentan terpapar Covid-19. Para awak media juga ikut terdampak secara ekonomi seiring industri media yang terseok-seok di tengah pandemi. Ada banyak media yang tengah 'sakit' kondisi finansialnya.
Pekan kemarin, karena hadir di acara yang dihadiri beberapa jurnalis, saya bisa bertemu dan berbincang dengan beberapa kawan lama.
Beberapa dari mereka lantas berkisah tentang situasi yang mereka alami. Dari liputan di masa pandemi, hingga perusahaan mereka yang kena dampak pandemi sehingga berdampak pada penghasilan mereka.
Ada kawan yang berkeluh kesah perihal upah mereka yang dipotong alias tidak lagi dibayarkan penuh seperti dulu. Malah ada yang dirumahkan. Mereka tidak lagi bekerja sehingga terpaksa "banting setir" dengan berjualan nasi bungkus ataupun membuka warung kopi kecil-kecilan.
Kabar pekerja media banyak yang menjadi pengangguran itu menambah daftar panjang jumlah orang-orang tunakerja yang muncul akibat adanya pandemi di negeri ini. Sebelumnya, sudah ada jutaan orang yang mendadak menganggur alias tidak punya pekerjaan tetap.