Dalam beberapa hal, dunia pekerjaan yang kita jalani, mirip dengan lapangan sepak bola. Bahwa, seperti pesepakbola, kita adalah pekerja yang hasil kerja kita dilihat dan dinilai oleh orang lain.
Lantas, ketika hasil pekerjaan dan karakter kepribadian kita dinilai bagus, bukan tidak mungkin akan muncul tawaran kerja yang lebih bagus dari perusahaan yang lebih besar. Perusahaan yang siap menggaji kita dengan gaji lebih besar dari tempat kerja sebelumnya.
Kesempatan besar seperti itu bisa datang menghampiri siapa saja. Termasuk mereka yang masih berusia sangat muda. Pertanyaannya, ketika kesempatan besar seperti itu datang menyapa, apakah kita siap mengambil peluang?
Cerita yang acapkali terjadi, banyak anak muda yang belum siap dan tidak tahu caranya memeluk kesempatan besar itu. Bisa jadi karena kurang percaya diri sebab minim pengalaman. Atau karena dihantui oleh perasaan takut gagal dan kecemasan tingkat tinggi.
Dalam konteks sepak bola, cerita seperti itu juga seringkali terjadi. Bahkan terjadi berulang kali. Ada banyak remaja yang dipuji luar biasa di usia muda. Lalu, mereka mendapatkan peluang yang sebelumnya mungkin hanya ada dalam mimpi tidur mereka.
Dari bermain di klub-klub biasa, lantas bergabung dengan klub-klub top Eropa. Bukankah itu peluang luar biasa besar bagi anak-anak muda berusia belasan tahun?
Namun, itu sejatinya baru permulaan. Sebab, yang menentukan apakah masa depan mereka cerah atau suram, baru dimulai ketika kompetisi berjalan. Dan kita tahu, ada banyak anak muda itu yang pada akhirnya terkenal sesaat. Lantas lenyap.
Sampean (Anda) mungkin pernah mendengar nama-nama seperti Freddy Adu, Royston Drenthe, Bebe, Federico Macheda, hingga Martin Odegaard. Mereka pernah terkenal di usia belia. Tapi lantas tak mampu bertumbuh menjadi bintang. Beberapa masih bermain dan mencoba mendapatkan "kesempatan kedua".
Sepakat ke Chelsea, Timo Werner digaji 3,6 miliar per pekan
Nah, beberapa pekan terakhir, nama anak muda yang banyak disebut-sebut di media adalah Timo Werner. Sempat lama disebut-sebut bakal bergabung dengan Liverpool dan juga diisukan jadi buruan Manchester United, pemain Jerman berusia 24 tahun ini justru merapat ke Chelsea.
Melansir dari media Inggris, Metro.co.uk, menurut laporan di Jerman, Timo Werner memilih bergabung ke Chelsea karena tawaran 'menguntungkan secara finansial' (financially lucrative) yang dibuat Chelsea.
Chelsea disebut menawari Werner gaji yang lebih besar yang diyakini bernilai sekitar 9,8 juta per tahun. Itu setara dengan sekitar 200.000 per minggu. Bila dikalikan kurs 1 pound kini senilai 18 ribu, maka gaji Werner selama sepekan mencapai 3,6 miliar.
Tawaran gaji itu lebih baik dari tawaran gaji yang dibuat Manchester United. Karenanya, Werner pun memilih Chelsea. Werner akan menjadi pemain Chelsea dengan bayaran tertinggi kedua klub setelah pemain Prancis, N'Golo Kante seperti dikutip dari https://metro.co.uk/2020/06/09/why-timo-werner-chose-chelsea-man-utd-despite-late-offer-ole-gunnar-solskjaer-12827164/?ito=cbshare.