Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Ramadan dan Harga Gula yang Tak Kunjung Turun

Diperbarui: 30 April 2020   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang gula pasir di Pasar Induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya | (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

Definisi refreshing bagi keluarga saya tidak hanya bepergian ke tempat wisata seperti pantai ataupun taman hiburan. Jalan-jalan ke mall/pusat perbelanjaan, supermarket, ataupun ke pasar demi belanja kebutuhan keluarga, juga merupakan refreshing.

Kok bisa? Memang, namanya belanja, ujung-ujungnya pasti keluar duit. Tapi ketika memilih barang-barang yang akan dibeli sembari mengobrol atau melihat tingkah polah dua bocah ketika mereka ikut, itu sudah menyenangkan.  

Nah, karena sering menemani istri belanja kebutuhan sehari-hari tersebut, saya cukup hafal harga-harga kebutuhan pokok.

Bahkan, hafal fluktuasi harganya. Seperti telur, gula, minyak goreng, bawang putih dan bawang merah, cabai, hingga beras.

Namun, menjelang Ramadan, gula-lah yang paling menyita perhatian kami. Lebih tepatnya istri saya. Ada beberapa hal yang membuat gula jadi 'hits' bagi kami ketimbang barang kebutuhan pokok lainnya.

Pertama karena kebutuhan kami selama Ramadan. Menurut perhitungan istri, selama sebulan puasa, keluarga kami minimal butuh empat (4) kilogram gula pasir.

Itu karena ketika berbuka puasa maupun sahur, kami memang senang mengkonsumsi minuman teh manis hangat. Rasanya seolah hambar bila tanpa minuman yang hangat dan manis. Selain tentunya air putih.

Itu belum termasuk bila anak-anak minta dibikinkan mamanya puding dan agar-agar ataupun karena kebetulan ingin minuman yang segar-segar dan manis untuk berbuka puasa.

Mengapa kok minimal empat kilogram gula?

Karena kebutuhannya bukan hanya untuk Ramadan. Tetapi juga ketika lebaran, untuk unjung-unjung ke rumah kerabat, kami memang biasanya membawa bingkisan berisi barang kebutuhan pokok. Nah, gula menjadi 'bawaan wajib' alias harus ada.

Dengan perhitungan seperti itu, kami memang butuh gula dalam jumlah lumayan banyak. Meskipun tidak pernah terpikir untuk membeli dalam jumlah berkarung-karung. Sekadar membeli dalam jumlah secukupnya saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline