Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Belajar dari Jalan Sukses Toto Schillaci, "Orang Biasa" yang Jadi Idola di Piala Dunia 1990

Diperbarui: 8 April 2020   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

storiedicalcio.altervista.org | Penyerang Timnas Italia di Piala Dunia 1990, Salvatore

Generasi penyuka sepak bola zaman sekarang rasanya sedikit saja yang mengenang Salvatore Schillaci, bintang Timnas Italia di Piala Dunia 1990 silam. Bukan hanya karena dia ada di zaman old, tetapi namanya memang tidak setenar kawan-kawannya.

Kala itu, saya yang hanya bisa menikmati Piala Dunia dari berita di koran, menganggap Schillaci adalah pemain paling hebat di Italia. Saya yang waktu itu baru berusia 10 tahun, belum begitu tahu bila Italia punya penyerang terkenal, Gianluca Vialli. Juga striker top Inter Milan, Aldo Serena. Serta bocah ajaib asal Fiorentina, Roberto Baggio.

Yang saya tahu, wajah Schillaci lebih sering nampang di koran dengan pose heroic perayaan golnya, dibandingkan nama-nama top itu. Kisah Schillaci di Piala Dunia 1990 itu persis seperti cerita orang biasa yang mengikuti kontes pencarian idola di televisi, kemudian menang dan terkenal.

Meminjam ungkapan Andy Warhol--artis, filmmaker dan pencetus Pop Art asal Amerika , fenomena itu merupakan "Fifteen minutes of fame" alias kesohoran lima belas menit. Bahwa hanya dalam 15 menit, seseorang bisa mencapai kesohoran, dan dalam waktu 15 menit pula kesohoran bisa hilang tanpa bekas.

Salahkah mereka yang awalnya bukan siapa-siapa lantas tenar cepat? Tentu tidak. Sebab, bagi mereka yang tidak tenar karena publikasi media, tak punya modal materi dan akses kekerabatan, jalan paling masuk akal untuk bisa terkenal, yah dengan memaksimalkan sedikit kesempatan yang ada.

Schillaci juga begitu. Penyerang Timnas Italia ini seperti memenangi kontes Idol. Bermula dari bukan siapa-siapa, Schillaci yang kala itu berusia 26 tahun, mendadak ngetop di Piala Dunia 1990 di Italia. Persis seperti fenomena "Fifteen minutes of fame" nya Andy Warhol itu.

Awalnya bukan siapa-siapa, Schillaci tampil hebat di saat tepat
Hanya dalam hitungan 12 bulan, Schillaci meraih mimpi yang mungkin sulit diraih oleh pesepak bola kebanyakan. Bahkan dibayangkan oleh siapapun. Sebelum tampil di Piala Dunia 1990 dan membawa Italia ke semifinal, siapa yang kenal Schillaci.

Lha wong dua tahun jelang Piala Dunia 1990, Schillaci hanya main di klub kecil di Italia, Messina. Tujuh tahun bersama Messina dengan bermain dari
level paling rendah di kompetisi sepak bola Italia, Serie C2, Serie C1 hingga Serie B, membuat namanya asing diantara nama-nama pemain top Italia.

Dan Schillaci tahu, bagi pemain kelas kampung sepertinya, hanya ada satu cara bila ingin naik kelas. Dia harus lebih dulu menampilkan kemampuan bermain bola 'ala alien' yang tidak dimiliki manusia biasa. Hanya dengan cara itu, barulah namanya bisa masuk koran dan dilirik klub-klub Eropa.

Maka, Toto--panggilan Schillaci, pun memamerkan kemampuannya dalam mencetak gol. Raihan 23 gol dalam 35 kali penampilan di musim 1988/89, cukup untuk membuat klub kaya, Juventus, tergoda dan men-transfer dirinya di tahun 1989.

Meski berstatus 'pemain kampung', bermain di level tertinggi kompetisi sepak bola Italia, Serie A, ternyata tak membuatnya minder. Jumlah 15 gol dalam 30 kali main tidaklah buruk. Dan itu cukup baginya mendapatkan tiket main di Piala Dunia. Schillaci tampil hebat di saat yang tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline