Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Menikmati "Bahagia Itu Sederhana" Versi Tunggal Putri Indonesia

Diperbarui: 14 November 2019   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tunggal putri Indonesia, Ruselli Hartawan, lolos ke putaran II Hong Kong Open 2019 usai mengalahkan pemain Tiongkok/Foto: badmintonindonesia.org

Kabar bahagia dari bulu tangkis itu banyak ragamnya. Rupa-rupa warnanya'. Bukan hanya kabar ketika ada pemain Indonesia berhasil meraih gelar juara. Bukan hanya itu.

Sebab, bila ukuran bahagia hanya juara, kita akan sulit mendapatkan kabar gembira dari tunggal putri. Bila parameter bahagia di bulu tangkis itu hanya gelar, maka kasihan nasib pebulutangkis di sektor tunggal putri. Mereka akan jarang bahagia. Kok bisa begitu?

Sebab, dari lima sektor yang ada, tunggal putri memang sektor yang paling sulit juara. Bayangkan, di tahun 2019 ini, tunggal putri Indonesia baru mendapatkan satu gelar di BWF World Tour. Gelar atas nama Fitriani itu diraih pada Januari lalu di turnamen BWF Super 300, Thailand Masters 2019 .

Awalnya, saya mengira, gelar di awal tahun itu akan menjadi penanda bagus bagi tunggal putri di tahun 2019 ini. Jarang-jarang lho, tunggal putri menjadi sektor yang meraih gelar pertama  bagi Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, yang menjadi penyumbang gelar perdana itu sektor ganda putra dan tunggal putra. 

Ternyata, hingga tahun 2019 mendekati akhir, Thailand Masters 2019 itu masih menjadi satu-satunya gelar BWF untuk tunggal putri Indonesia. Tidak bertambah. Karenanya, sekali lagi, kabar bahagia dari bulutangkis itu bukan hanya ketika naik podium juara.

Bagi saya, untuk sektor tunggal putri, bila pemain kita berhasil mengalahkan pemain Tiongkok, itu juga termasuk kabar gembira. Kalaupun sekecil apa skalanya, itu kabar gembira.

Kok bisa begitu?

Sebab, Tiongkok masih menjadi negara sukses penghasil tunggal putri. Memang, Tiongkok kini tidak lagi punya tunggal putri juara dunia seperti Wang Yihan, Xie Xingfang ataupun, Zhang Ning hingga era Ye Zhaoying yang merupakan rival berat Susi Susanti. Dominasi Tiongkok tergerus oleh Spanyol, Jepang, India, maupun Taiwan.

Toh, sejak era Susi hingga kini biasa dipanggil "Bu Susi" karena menjadi pejabat di PBSI, Tiongkok masih sukses dalam meregenerasi tunggal putri. Mereka  kini masih punya Chen Yufei (21 tahun/rangking 3 dunia) dan He Bing Jiao (22 tahun/rangking 7 dunia).  

Ruselli kalahkan pemain Tiongkok rangking 15 dunia

Atas dasar itu, kemenangan atas tunggal putri Tiongkok, menjadi kabar gembira. Seperti saat tunggal putri Indonesia, Ruselli Hartawan, mampu mengalahkan pemain Tiongkok, Han Yue di putaran pertama Hong Kong Open 2019 Super 500, Rabu (11/14) kemarin.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline