Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Kala Hendra-Ahsan Memperlihatkan "Aura Dewa" Mereka di Fuzhou China Open

Diperbarui: 8 November 2019   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ganda putra senior Indonesia, Mohammad Ahsan (depan) dan Hendra Setiawan, menampilkan permainan 'kelas dewa' saat mengalahkan ganda tuan rumah, Zhang Nan/Ou Xuanyi di putaran II Fuzhou China Open 2019 kemarin/Foto: badmintonindonesia.org

Di bulutangkis, pemain-pemain Indonesia dan Tiongkok seperti ditakdirkan menjadi "musuh" di lapangan. Sejak dulu, mereka "tak pernah akur" untuk urusan berebut gelar juara. Lha wong tidak ada istilah juara bersama.

Dari lima sektor yang ada, rivalitas paling nyata, ada di sektor ganda putra. Pasalnya, baik Tiongkok dan Indonesia, punya pemain yang sama-sama berkelas dunia. Sementara di nomor lainnya, rivalitasnya terkadang tidak apple to apple untuk dibandingkan.

Nyatanya, sejak Olimpiade 1996, Indonesia dan Tiongkok bergantian meraih medali emas. Ganda putra Indonesia juara Olimpiade 1996 lewat Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Chandra Wijaya dan Tony Gunawan di tahun 2000, dan 2008 lewat Markis Kido/Hendra Setiawan. Sekali, Korea Selatan mencuri panggung di tahun 2004. Lantas, ganda Tiongkok beruntun jadi juara di Olimpiade 2012 lewat Cai Yun/Fu Haifeng dan 2016 lewat Zhang Nan/Fu Haifeng.

Rivalitas itu berlanjut hingga kini. Namun, dalam dua tahun terakhir, Indonesia mampu mendominasi atas Tiongkok. Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, serta Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, meraih lebih banyak gelar dari ganda putra Tiongkok.

Itu yang membuat para badminton lovers di Tiongkok, kurang menyukai ganda putra Indonesia. Utamanya Marcus/Kevin. Selain ketengilan di lapangan, Marcus/Kevin dianggap sebagai pemutus dominasi Tiongkok yang sebelumnya berjaya lewat Zhang Nan/Liu Cheng (juara dunia 2017) dan Li Junhui/Liu Yuchen (juara dunia 2018).

Kekurangsukaan para BL Tiongkok terhadap Marcus/Kevin itu bisa dipantau dari komentar-komentar mereka di "Forum Tiongkok". Sebuah forum percakapan di dunia maya yang acapkali dipajang di akun media sosial yang fokus mengabarkan perkembangan bulutangkis.

Namun, khusus untuk Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, ceritanya berbeda. Para BL Tiongkok sangat respek kepada pasangan senior ini. Bahkan, mereka menyebut Hnedra dengan panggilan "Dewa Hendra". Dewa yang dianalogikan memiliki kemampuan luar biasa di atas manusia biasa.

Bahkan, beberapa pemain muda ganda putra Tiongkok, terang-terangan mengidolakan Hendra dan Ahsan. Liu Yuchen adalah pengagum Hendra. Malah, para BL Indonesia acapkali menyebut Yuchen sebagai 'anak' dari Hendra. Karena memang, wajahnya mirip putra ketiga Hendra, Russel.

Sementara pemain ganda putra Tiongkok, Han Chengkai, sangat mengidolakan Ahsan. Beberapa kali di akun Instagramnya, Han memposting kekagumannya pada Ahsan. Juara French Open 2018 ini pernah menulis begini: "Homage idol! I've learned a lot. Congratulations on your victory" saat Ahsan lolos ke final All England 2019.

Sehari kemudian, saat Ahsan/Hendra juara, Han menulis kalimat keren: "The reason why legends become legends. Because they can always do something admirable ! Salute Spirit! Congratulations on winning the championship," dengan latar foto Ahsan.

Hendra/Ahsan tundukkan Zhang Nan dengan pasangan barunya di rumahnya sendiri
Nah, Kamis (8/11) tadi malam, Hendra/Ahsan seperti memperlihatkan aura "kedewaan" mereka di hadapan para BL Tiongkok. Ketika mereka tampil di putaran II Fuzhou China Open 2019 Super 750. Kebetulan, lawan yang dihadapi adalah ganda putra Tiongkok, Zhang Nan, yang juga layak disebut legenda atas pencapaiannya selama ini dan kini bermain dengan pasangan barunya, Ou Xuan Yi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline