Dalam dunia perbulutangkisan, Tiongkok adalah salah satu "penguasa". Tidak hanya di level senior, tapi juga di level junior. Bahkan, dominasi Tiongkok di level junior, sangat mencolok.
Bayangkan, sejak Kejuaraan Dunia Junior Bulutangkis alias BWF World Junior Championship nomor beregu digelar mulai tahun 2000, Tiongkok sudah 13 kali juara dari 17 kali penyelenggaraan. Artinya, mereka hanya empat kali gagal.
Dominasi pemain-pemain Tiongkok juga terjadi di nomor individu yang mulai digelar sejak tahun 1992 silam.
Mereka ibarat Mount Everest, puncak tertinggi di Pegunungan Himalaya. Sebab, jika bisa menaklukkan mereka, maka sang penakluk akan berada di puncak tertinggi. Podium juara.
Seperti Everest yang sulit didaki, tim dan pemain-pemain bulutangkis Tiongkok juga sulit ditaklukkan. Untuk mengalahkan mereka, tenaga harus cukup.
Harus punya cukup persediaan oksigen. Punya skill untuk bertahan dan menyerang. Satu lagi, harus siap jatuh bangun. Bila punya semua itu, Tiongkok akan bisa dikalahkan.
Gambaran susah payah menaklukkan Everest itulah yang diperlihatkan anak-anak muda Indonesia di Kejuaraan Dunia Junior 2019 yang berlangsung di Kazan, Rusia.
Setelah akhir pekan lalu sukses menjuarai nomor beregu (tim) dengan mengalahkan Tiongkok di final, tadi malam pemain-pemain muda Indonesia kembali menjadi headline.
Ya, Sabtu (12/10) tadi malam, tiga dari empat pemain Indonesia yang tampil di semifinal BWF World Junior Championship 2019 di nomor individu, berhasil melaju ke final.
Ketiganya berhasil mengalahkan pemain-pemain Tiongkok. Tentu saja, tiket ke final harus diraih lewat perjuangan jatuh bangun karena lawannya memang bukan kaleng-kaleng.
Leo/Indah ke final setelah come back di poin kritis pada game ketiga
Babak semifinal BWF World Junior Championship yang dimulai pukul 13.00 waktu Rusia atau sekitar pukul 19.00 waktu Indonesia, diawali nomor ganda campuran.