Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Bagaimana Kabar Akun Kompasiana Kalian? Semoga Tidak "Berdebu"

Diperbarui: 16 Agustus 2019   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana kabar akun Kompasiana kalian, semoga tidak /sumber: shutterstock


Siapakah motivator yang paling hebat dalam urusan memotivasi orang?

Sampean (Anda) pastinya akan memunculkan beberapa nama. Dari nama terkenal yang sering wira-wiri di layar kaca ataupun jadi narasumber di media cetak, hingga mungkin tetangga sampean yang tentu saja belum setenar seperti nama-nama tersebut.

Namun, setenar apapun motivator, mereka sejatinya hanya bisa memotivasi. Wilayah mereka hanya sebatas bisa mendorong orang lain agar melakukan sesuatu yang mereka sarankan melalui kata-kata, narasi berenergi, ataupun cerita yang menggugah.

Sebab, untuk urusan mau memulai lompatan pertama menuju perubahan, itu bukan ranahnya motivator. Itu urusannya sampean sendiri. Karenanya, motivator paling hebat sejatinya sampean sendiri.

Ambil contoh seorang motivator menulis. Mereka hanya bisa memotivasi orang lain untuk senang menulis. Berbagai 'jurus menulis' bisa mereka keluarkan untuk mengajak orang lain agar mau memulai dan akhirnya terbiasa menulis.

Mulai 'jurus' bagaimana memulai menulis dari tema-tema ringan yang disukai agar lebih mudah, lalu ada banyak saluran (media) untuk memajang tulisan agar bisa dibaca banyak orang, hingga berbagai macam 'hadiah' yang bisa didapatkan melalui menulis sebagai motivasi.    

Tapi ya, meski seratus jurus sudah dikeluarkan, tidak ada jaminan seorang motivator menulis akan bisa menggugah orang lain untuk mengawali menulis. Sebab, keputusan akhir untuk memulai menulis atau sekadar menjadikan ucapan motivator itu sebatas sebagai wawasan, ada pada orang tersebut.

Karenanya, dalam urusan mengajak orang lain untuk menulis ini, perihal efektivitas, saya lebih menyukai 'peran' sebagai pengajar. Bukan sekadar motivator. Kebetulan, dua 'peran' itu pernah saya rasakan.

Tentu saja, bisa berbagi ilmu menulis dan memotivasi orang lain untuk menulis melalui acara 'pelatihan menulis' ataupun "workshop content creator" itu menyenangkan. Minimal kita telah membagikan sedikit ilmu yang kita miliki kepada mereka yang bersungguh-sungguh ingin tahu.

Namun, menjadi pengajar yang bisa bertemu mahasiswa di kelas, itu rasanya berbeda. Sebab, kita tidak hanya bisa menyampaikan materi perihal dasar jurnalistik di depan kelas sembari berdiskusi, tetapi kita juga punya 'kuasa' untuk memaksa mereka agar mau menulis.

Sekira April lalu, ketika masa Ujian Tengah Semester (UTS), saya sengaja tidak membuat soal-soal ujian yang biasanya mereka kerjakan di kelas ataupun di rumah. Sebagai tugas UTS, mereka saya wajibkan meliput dan menulis agenda seminar bertajuk "Majalah Digital" di kampus yang lantas ditayangkan di Kompasiana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline