Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Singapura Kini Punya Juara Tunggal Putri, Haruskah Kita "Cemburu"?

Diperbarui: 13 Agustus 2019   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yeo Jia Min, tunggal putri andalan Singapura yang baru berusia 20 tahun/Foto: www.myactivesg.com

Turnamen bulutangkis Hyderabad Open Super 100 yang digelar di Kota Hyderabad, India, dan berakhir pada Minggu (11/8) akhir pekan kemarin, menyisakan cerita "dua rasa" bagi Indonesia.

Ya, dua rasa. Indonesia merasakan kebanggaan ketika pasangan muda ganda putra, Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana, tampil sebagai juara. Betapa tidak bangga, lha wong mereka tidak masuk daftar unggulan tetapi lantas berhasil naik podium juara usai mengalahkan ganda putra Korea Selatan, Na Sung-seung, Wang Chan, 21-81, 21-18 di final.

Indonesia juga membawa pulang satu predikat runner-up dari India lewat pasangan ganda campuran, Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso. Sempat unggul 21-16 di game pertama, mereka tajkluk 16-21, 11-21 di game kedua dan ketiga. Tak apalah, toh menjadi finalis bagi pasangan yang tidak diunggulkan, sudah menjadi pencapaian bagus dan menjadi pelecut motivasi.

Namun, selain rasa bangga, kita juga diliputi rasa "cemburu". Salah satu yang membuat kita pantas iri adalah tampilnya tunggal putri Singapura, Yeo Jia Min sebagai juara di Hyderabad Open 2019. Ya, negara tetangga kita itu kini memiliki pemain tunggal putri berusia belia yang bisa juara di turnamen BWF World Tour.

Cemburu di sini tentunya dalam ranah positif yang bisa memunculkan motivasi 'mengapa pemain negara tetangga berpestasi sementara pemain kita tidak', lantas berupaya untuk mengejarnya.

Kembali ke tampilnya Yeo Jia Min menjadi juara. Memang, pemain putri yang baru berusia 20 tahun itu menjadi unggulan 1 sehingga pantas bila memenangi gelar di Hyerabad Open 2019. Artinya, itu bukan kejutan besar. Status unggulan 1 itu tidak lepas dari predikatnya sebagai pemain junior rangking 1 dunia.

Toh, untuk urusan tunggal putri, kita masih punya Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani yang saat ini memiliki rangking BWF lebih bagus daripada pemain tunggal putri Singapura tersebut. Toh, usia mereka juga sepantaran, 20 tahun. Lalu, mengapa kita harus cemburu?

Sebab, kenyataannya, tunggal putri Indonesia yang tampil di turnamen Hyderabad Open 2019, tidak mampu meraih hasil bagus. Ada dua wakil Indonesia yang tampil di sektor tunggal putri, yakni Choirunnisa dan Yulia Yosephin Susanto.

Choirunnisa yang merupakan pemain Pelatnas PBSI, langsung tersingkir di putaran pertama setelah kalah rubber game dari pemain Thailand yang lolos dari babak kualifikasi, Benyapa Aimsaard. Sementara Yulia (25 tahun) yang tampil lewat jalur profesional, tereliminasi di putaran II.

Tereliminasinya Choirunnisa di babak pertama itu memang pahit. Betapa tidak, pemain yang pada 31 Agustus nanti genap berusia 20 tahun ini sebenarnya yang paling diharapkan dari beberapa tunggal putri Pelatnas 'pelapis'. Maklum, Choirunnisa punya prestasi lumayan dengan pernah juara di Singapore International Series 2018 dan jadi finalis Iran Fajr International 2019. Bahkan, dia masuk unggulan 8 di Hyderabad Open 2019. Seharusnya, dia mampu melangkah jauh.

Perlu diberikan penekanan, ketika mereka dikirim tampil ke turnamen internasional (utamanya pemain Pelatnas), tentunya targetnya tidak sekadar dengan tujuan "menambah jam terbang" mereka di negeri orang. Bukan hanya itu. Namun, pasti ada harapan lebih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline