Tampil di kandang sendiri dengan disaksikan langsung oleh ratusan bahkan ribuan pendukung yang sangat mengharapkan kabar bagus, itu bisa bermakna bak dua sisi kepingan uang logam.
Di satu sisi, pemain akan 'terbakar' motivasinya untuk tampil semaksimal mungkin demi target juara. Namun, ekspektasi dan keinginan juara yang berlebihan, juga bisa membuat pemain jadi terbebani sehingga gagal memenuhi harapan.
Seperti itulah kiranya gambaran yang akan dihadapi pemain-pemain Indonesia kala tampil di turnamen bulutangkis Indonesia Open 2019 yang mulai digelar di Istora Gelora Bung Karno, mulai Selasa (16/7) besok. Salah satu turnamen BWF World Tour level tertinggi (Super 1000) selain All England Open dan China Open akan berlangsung hingga 21 Juli mendatang.
Siapkah sampean (Anda) datang ke Istora untuk meneriakkan yel yel "Indonesia" demi mendukung perjuangan pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia?
Saya yakin, ada banyak pecinta bulutangkis yang sudah tidak sabar untuk menjadi saksi gelaran turnamen yang mulai digelar sejak tahun 1982 ini. Tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kota-kota lainnya. Termasuk menunggu pemain pujaan mereka tampil di lapangan.
Nah, bicara pemain, menarik ditunggu akan seperti apa cerita kiprah pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia tampil di kandangnya sendiri yang diakui punya 'aura' berbeda di bandingkan lapangan bulutangkis lainnya di belahan negara manapun?
Bahkan, karena 'aura' yang berbeda itulah, pemain-pemain Indonesia pernah beberapa kali gagal total di turnamen ini. Entah karena merasakan tekanan publik sendiri yang terlalu besar ataukah memang karena sedang tampil tidak maksimal sementara lawan bermain lebih bagus.
Faktanya, dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan Indonesia Open, pernah enam kali, pemain-pemain Indonesia gagal meraih gelar. Yakni di tahun 2009, 2010, 2011, 2014, 2015 dan 2016.
Kabar bagusnya, dalam dua tahun terakhir, Indonesia selalu bisa meraih gelar. Satu gelar di tahun 2017 lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Lalu, dua gelar di tahun 2018 lalu lewat Tontowi/Liliyana dan ganda putra Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Bagaimana tahun ini?
Jauh sebelum Indonesia Open 2019 digelar, PBSI melalui Kabid Pembinaan dan Prestasi, Susy Susanti telah menargetkan satu gelar di turnamen ini. Penggemar bulutangkis pastinya paham, satu gelar yang diharapkan datang dari sektor mana dari lima nomor yang dipertandingkan (tunggal putra/putri, ganda putra/putri dan ganda campuran).
Meski, kita tentunya berharap ada 'kejutan' yang datang dari sektor-sektor lainnya yang 'tidak dibebani juara'.