Apa yang sebenarnya terjadi pada Timnas Argentina sehingga mereka seolah selalu sial ketika tampil di turnamen besar? Sial di Piala Dunia, juga di Copa America. Terbaru, Argentina gagal lolos ke final Copa America 2019 setelah dikalahkan Brasil 2-0 di semifinal, Selasa (3/7) kemarin.
Saya sebenarnya tidak percaya adanya kutukan di sepak bola. Namun, bila melihat kesialan Argentina yang tidak mampu juara di Copa America selama 26 tahun (bahkan 33 tahun di Piala Dunia), kutukan itu seolah hidup bersama Argentina. Ia seolah bersenandung "Don't Cry for Me Argentina" di setiap turnamen besar.
Faktanya, di Copa America, sejak Gabriel Batistuta dan kawan-kawannya memenangi Copa America edisi 1993 di Ekuador, Argentina tak pernah lagi mencecap manisnya juara di benuanya. Sudah 26 tahun, setiap gelaran Copa America, Argentina merana. Padahal, mereka selalu tampil di Copa America dengan pemain-pemain pilihan.
Ketika Batistuta juga Diego Simeone membawa Argentina juara tahun 1993 silam, sebagian besar pemain Argentina yang tampil di Copa America 2019, belum lahir. Diantaranya Lautaro Martinez, Leandro Paredes, Juan Foyth, Rodrigo de Paul, Giovani Lo Celso, juga Paulo Dybala.
Dari daftar pemain inti, ada kiper Franco Armani, Nicolas Otamendi, Sergio Aguero dan German Pezzella yang sudah lahir. Itupun rata-rata mereka masih berusia lima tahunan. Pezella malah baru berusia dua tahun, sehingga belum tahu bagaimana euforia kemenangan Argentina 2-1 atas Meksiko di final.
Bagaimana dengan Lionel Messi?
Ketika final digelar pada 4 Juli 1993, dia baru berusia lima tahun (Messi lahir 24 Juni 1987). Namun, apa mau dikata, di usianya yang kini sudah 32 tahun, Messi yang disebut-sebut sebagai pemain terhebat Argentina dan juga dunia setelah era Maradona, ternyata belum mampu melakukan hal sama yang pernah dilakukan Maradona. Jangankan Maradona yang jelas-jelas juara dunia, mengikuti jejak Batistuta saja dia belum mampu.
Meski sudah empat kali tampil di Copa America, Messi belum mampu membawa Argentina juara dunia. Dia melakukan debut di Copa America edisi 2007 saat usianya 20 tahun. Di tahun itu, Messi ikut andil membawa Argentina ke final dengan mencetak dua gol.
Sayangnya, di final, Argentina dihajar Brasil 0-3. Satu gol Brasil kala itu dicetak Dani Alves yang kemarin menjadi penghancur pertahanan Argentina yang berujung gol pertama Brasil.
Lantas, di Copa America 2011, Argentina terhenti di perempat final. Lalu, di Copa America 2015 dan 2016, Messi nyaris membawa negaranya juara. Sayangnya, Argentina kalah beruntun di final dari lawan yang sama, Chile dan dengan cara yang sama (adu penalti). Malah, di final 2016, Messi sebagai penenang penalti pertama, gagal menyarangkan bola.
Dan, kekalahan 0-2 dari Brasil di semifinal, Selasa (3/7) kemarin, sepertinya bukan akhir cerita petualangan Messi di Copa America. Mungkin saja ia akan kembali mengumumkan 'pensiun' membela Argentina seperti yang ia lakukan usai final Copa America 2016 yang lantas dianulirnya.