Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Kaset Pita, Bagaimana Kabarmu Kini?

Diperbarui: 30 Juni 2019   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaset pita yang kini terlupakan/Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye/15

Kembali ke rumah setelah bekerja seharian, menjadi periode paling menyenangkan bagi banyak orang. Bertemu dan mengobrol dengan istri serta mendengar celotehan anak-anak di rumah, bisa menjadi "pembunuh lelah" yang paling efektif. Rasa lelah itu seperti menguap.

Namun, di suatu sore akhir pekan kemarin, kepulangan saya dari bekerja, justru disambut pemandangan yang membuat galau. Penyebabnya, si bungsu menyambut saya dengan membawa sebuah benda yang amat saya kenal. Dia menunjukkan kaset pita yang pitanya sudah nggak karuan, imbas ditarik paksa dari segala arah.

"Ini mainan apa sih Yah, kok di dalamnya ada pita panjang warna coklat. Adek tadi penasaran pengen tahu, terus adek tarik pitanya. Jadinya begini. Maaf ya Yah," ujar si bungsu.

Ya, bagi saya, kaset pita itu bukanlah barang biasa. Apalagi sekadar mainan. Dulu, dia pernah menjadi benda yang berharga bagi saya. Kecintaan saya pada musik, membuat saya rela menyisihkan duit bulanan tinggal di kos yang tidak seberapa, untuk bisa membeli mereka. Mengoleksi kaset menjadi hobi yang menyenangkan.

Setiap jalan-jalan ke mal (memang jalan-jalan benaran karena tidak membeli apa-apa), ada dua tempat yang hampir selalu saya kunjungi: toko buku dan toko kaset.

Di toko buku sekadar 'numpang' membaca dan baru membeli ketika sangat berminat. Sementara di toko kaset, sekadar memantau kaset bagus mana yang bisa dibeli di bulan ini. Lantas, satu demi satu kaset dibeli. Baik yang beli baru ataupun yang dari tangan kedua di pasar barang bekas. Selama asli tidak masalah. 

Bahkan, untuk membeli kaset bekas ini, butuh perjuangannya. Sekira 19 tahun lalu, di Kota Malang, hampir setiap malam, ada beberapa penjual kaset bekas yang mangkal di sekitar Stadion Gajayana ataupun di kawasan Dinoyo. Dari membeli kaset di toko kaset mal dan penjual pinggir jalan itu, lantas terkumpul puluhan, bahkan mungkin lebih dari seratus kaset pita.

Mulai dari penyanyi/band Indonesia seperti KLa Project, God Bless, Base Jam, Dewa19, GIGI, Padi, Sheila on7, Peterpan, Cokelat, Naiff, /Rif, Slank, J-Rocks, Superman is Dead, Flanella, Andre Hehanusa, Gleen Fredly, Melly Goeslaw, hingga Taboo, Garasi dan banyak lagi. 

Juga penyanyi/band luar negeri seperti Om Bono dan U2-nya, The Beatles, The Cranberries, The Corrs, Frente, Sixpence None The Richer, Bryan Adams, Robbie Williams, Ronan Keating, Rialto, Lighthouse Family, Larc'En Ciel, hingga Utada Hikaru dan banyak lagi.

Kaset-kaset pita itulah yang dulunya secara bergantian menemani hari-hari masa remaja saya. Bahkan, mereka-lah yang menemani saya begadang "menghitung malam" demi memberesi skripsi. Malah, saya memasukkan nama-nama mereka dalam lembar "ucapan terima kasih" di skripsi saya.

Kaset pita yang terlupakan
Karenanya, di sore sepulang kerja akhir pekan kemarin, saya langsung tertegun begitu tahu anak bungsu saya membawa kaset pita yang kondisinya sudah amburadul. Rasanya sedih. Benda yang dulunya didapat dengan penuh perjuangan, kini berakhir seperti itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline