Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

"Puasa Media Sosial" Selama Ramadan, Bagaimana Caranya?

Diperbarui: 17 Mei 2019   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi media sosial| Sumber: diego_cervo

Ketika menyebut "puasa media sosial", bagaimana sampean (Anda) memaknainya?

Apakah berpuasa media sosial itu maknanya bahwa selama sebulan puasa, kita sama sekali tidak melirik apalagi eksis di media sosial. Apakah selama sebulan kita harus setop menuliskan cuitan di Twitter, tidak menulis status di Facebook, tidak posting foto di Instagram, dan tak mau lagi ikut-ikutan menuliskan komentar di kolom komentar. Bahkan, berhenti berbagi tautan berita ataupun broadcast di grup WhatsApp.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita merunut pada kata puasa dalam bahasa Arab, yakni shaum atau siyam. Dalam bahasa Arab, kata 'shaum' berarti "untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri, untuk mencegah diri".

Jadi, kalau boleh ditarik menjadi kesimpulan--menurut saya, makna puasa media sosial selama Ramadan bukanlah berhenti total dari aktivitas di media sosial. Namun, esensinya adalah bagaimana kita bisa menahan diri untuk tidak sembrono menggerakkan jari jemari di media sosial. Pesannya adalah bagaimana selama Ramadan ini, kita bisa menjaga hati di media sosial.

Lalu, bagaimana caranya agar menahan diri dan menjaga hati di media sosial selama bulan Ramadan? 

Ada banyak cara. Namun, melalui tulisan ini, saya hanya akan menuliskan beberapa---yang memang sudah saya jalankan sejak beberapa bulan lalu ketika media sosial jadi kurang asyik karena banyak warganet gegeran imbas beda pilihan capres-/cawapres. Apa saja?

Ramadan menjadi momentum tepat untuk memaknai perilaku kita di media sosial/Foto: news.okezone.com

Gunakan "rem" ketika hendak menulis status/pesan di media sosial
Pengguna media sosial itu banyak jenisnya. Ada yang superserius dan ada yang bawaannya bercanda terus. Malah ada yang seolah menganggap media sosial sebagai ruang pribadinya sehingga tidak sadar bila media sosial itu 'ruang publik' yang bisa dilihat banyak orang.

Jadilah semua urusan pribadi seperti pedekate, jadian, putus plus bumbu-bumbu bawa perasaan (baper) nya, jadi tulisan status. Malah, ada urusan gegeran rumah tangga juga ditulis di media sosial. Seolah media sosial dianggap tempat curhat.

Belum lagi bila mereka yang punya hobi nyinyir. Bawaannya nyinyir, mudah iri, dan gampang tidak suka ke siapa saja. Dari nyinyir ke teman kerja hingga ke pemerintah. Apalagi bila nyinyirnya sudah akut sehingga tulisannya bak sumpah serapah. Apa iya yang seperti juga diumbar di media sosial.

Miliki 'rem' sebelum menulis status maupoun berkomentar di media sosial/Foto: www.teknosmartphone.tk

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline