Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Ramadan dan Harapan Ayah kepada Anaknya

Diperbarui: 6 Mei 2019   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harapan ayah agar anaknya berpuasa dengan sebenar-benarnya/Foto pribadi

Dalam konteks keistimewaan, penting dan tidak terjadi setiap bulan, kiranya tidak berlebihan menyandingkan makna Olimpiade seperti halnya bulan Ramadan.

Di ranah olahraga, Olimpiade adalah event yang paling istimewa dan paling penting dari sekian kejuaraan multiolahraga lainnya yang digelar di planet ini. Ia juga tidak ada setiap bulan. Hanya empat tahunan sekali. Karenanya, setiap atlet yang akan bertanding di Olimpiade, mereka telah memiliki persiapan maksimal.

Kenapa harus memiliki persiapan maksimal? Sebab, mereka pastinya tidak mau datang ke Olimpiade sekadar sebagai penggembira. Para atlet itu tidak mau hanya berpartisipasi. Meski itu sudah pencapaian luar biasa. 

Namun, mereka punya harapan jelas: datang, tampil, menang dan meraih medali (syukur-syukur bila medali emas). Sebab, meraih kejayaan di Olimpiade akan menjadi pencapaian tertinggi dalam rekam jejak mereka sebagai atlet.

Analogi atlet yang tampil di Olimpiade dengan membawa harapan besar itu kiranya juga selaras untuk menggambarkan cerita kita yang mulai hari ini menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Bahwa dalam menunaikan ibadah Ramadan, kita tentunya tidak sekadar menghitung hari berpuasa, dari hari pertama hingga hari terakhir. Lantas, berlebaran. Tidak hanya seperti itu.

Setiap kita pastinya memiliki target. Kita punya harapan yang ingin dicapai selama Ramadan ini sehingga tidak hanya mendapatkan lapar dan haus. Dan tentunya harapan setiap orang berbeda-beda. 

Ada yang berharap bisa melewatkan setiap hari Ramadan dengan 'melahap' satu juzz Al-Quran. Ada yang berharap bisa 'berpuasa komentar' di media sosial demi mengurangi prasangka buruk. Ada juga yang berharap mengurangi budaya konsumtif alias tidak boros selama Ramadan.

Saya pun tidak ingin melewatkan Ramadan kali ini dengan sekadar "berpartisipasi". Ada harapan sebagai pribadi, suami dan juga ayah. Dari sekian harapan yang ingin saya wujudkan, salah satu yang paling menantang adalah harapan sebagai ayah.

Menantang karena saya berharap dua anak saya  di tahun ini bisa mulai belajar puasa dengan sebenar-benar puasa. Tidak hanya berpuasa menahan lapar dan haus, tetapi juga mulai belajar mengendalikan emosi mereka. 

Kalau untuk berpuasa menahan lapar dan haus, Alhamdulillah si kakak yang pada September nanti berusia 8 tahun, tahun lalu mampu berpuasa penuh. Tahun lalu menjadi pengalaman pertamanya berpuasa penuh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline